"Orangtua yang sudah punya pemahaman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan mudah meneruskannya ke anak, sehingga si anak memiliki perbendaharaan bahasa yang kaya, termasuk dalam melampiaskan emosi, baik positif maupun negatif," imbuh Dianda.
Nadya juga mengingatkan pentingnya orangtua memahami secara bijaksana tujuan awal pengajaran bahasa asing, serta kesiapan dan kecerdasan anak untuk menerima pemahaman bahasa asing yang akan diajarkan, karena setiap anak unik dan berbeda.
"Ambisi membuat anak menguasai bahasa asing tanpa pendekatan yang sesuai usia anak memungkinkan anak memandang proses belajar bahasanya sebagai hal yang sulit. Akibatnya adalah bahasa yang campur aduk, tidak percaya diri, atau bahkan gagap bahasa," tukas Nadya.
Solusinya?
Menurut Nadya, sampaikan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menekan. Belajar dengan komunikasi langsung dalam bentuk nyanyian, bermain, atau membaca buku akan lebih efektif dibandingkan hanya dengan melihat video dan televisi.
Selain itu, untuk membuat anak tetap fasih dalam dua bahasa, pastikan ia menggunakan kedua bahasa tersebut dengan "durasi" yang sama
Nadya menyebutkan bahwa berbeda dengan berbicara, membaca dan menulis harus mengamati huruf, melafalkannya, dan kemudian menyambungnya menjadi kata, lalu memahami arti kata itu sendiri.
Nah, memahami hal tersebut dalam dua bahasa menjadi hal yang sangat tidak mudah untuk anak-anak. Mereka butuh dukungan dan juga "kerja keras" orangtua untuk membantu anak belajar membaca dan menulis dalam pemahaman dua bahasa.
Itulah sebabnya, pemahaman bahasa pengantar harian yang setengah-setengah akan berdampak pada kemampuan mereka memahami dan menjelaskan, termasuk penulisan terstruktur pada kebutuhan akademis, misalnya.
Nadya mengingatkan pentingnya kemampuan orangtua untuk terus mendampingi dan memberi pemahaman dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak bilingual di usia dini sangat dibutuhkan.
Penanaman pemahaman, proses pembelajaran bahasa dan penggunaan yang sesuai, termasuk pembentukan sikap, sopan santun, dan membangun kepercayaan diri anak akan sangat membantu perkembangan kognitif dan psikososial di tugas perkembangan selanjutnya.