Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tepatkah Cara Anda Mengajarkan Anak agar Bilingual atau Multilingual?

8 Juli 2018   06:00 Diperbarui: 8 Juli 2018   16:36 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
apa pun bahasa asing yang dikuasai, tetaplah jadikan bahasa Indonesia sebagai jati diri dan identitas kebangsaan yang kuat. (www.ef.co.id)

"Pada masa ini, otak anak didapati lebih 'lentur' sehingga mudah menerima pengajaran bahasa. Anak-anak juga masih sangat kritis dan mudah menangkap pelajaran bahasa secara cepat," tandas Nadya.

Sementara itu, persepsi lain menekankan pentingnya penguasaan bahasa ibu pada konteks bahasa baku sebagai dasar atau bahasa patokan. Karena itu, periode ideal mempelajari bahasa asing adalah usia 6-20 tahun.

"Jika bahasa ibu yang digunakan sehari-hari dipahami hanya setengah-setengah, begitu pula penggunaan keseharian bahasa asingnya tidak begitu baik, anak akan kesulitan menyampaikan pemikiran yang abstrak maupun mempelajari hal-hal konseptual," ujar Nadya.

Dianda mempersilakan anak berbahasa asing sejak dini, terutama bila keluarganya memang multietnik, misalnya orangtua WNI yang menikah dengan WNA. Jika bukan latar belakang keluarga, ajarkan bahasa asing ketika anak sudah lancar bicara, yakni sekitar usia 2 tahun.

Di usia ini, perbendaharaan kata anak sudah semakin banyak dan ia mampu mengutarakan keinginan, serta melabeli segala hal dengan bahasa. Di atas usia 3 tahun, bahasa ibu sudah jelas dan lancar, maka boleh ajarkan anak bahasa asing.

"Meski demikian, tetaplah berbicara pada anak dengan bahasa ibu, mengingat tahapannya yang masih dalam usia perkembangan," pesan Dianda.

Apa yang terjadi jika anak diajarkan bahasa asing terlalu dini, namun tanpa latar belakang multietnik dalam keluarga?

Anak bisa mengalami bingung bahasa. Artinya, ia terlambat dalam perkembangan bahasa reseptif. Selain itu, ada bahasa ekspresif yang dikeluarkan seseorang sebagai ungkapan atau perkataan terhadap sesuatu.

Dari bahasa ekspresif dan reseptif inilah muncul konsep, yang membantu seseorang dalam menghadapi lingkungannya. Nah, pada anak yang mengalami keterlambatan dalam bahasa reseptif, ia bisa memiliki kesulitan mengungkapkan sesuatu yang diinginkan. Akibatnya, tumbuh kembang anak bisa terganggu dan ia jadi seperti sulit diatur.

"Waktu toilet training menjadi mundur, kognisi terganggu karena konsep yang terlambat, begitu pula kemampuan akademisnya - berhitung dan membaca juga terlambat. Efeknya, anak jadi tidak percaya diri karena teman-temannya mampu, sementara dia tidak," tandas Dianda.

Tak lupa Dianda mengingatkan perlunya orangtua memberi tahu anak, kapan bahasa asing harus digunakan dan kapan tidak. Karena itu, orangtua perlu punya wawasan bahasa yang luas, termasuk cara bicara kepada anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun