Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Buncahan Rindu Rumah Umumnya Terjadi Kala Perayaan Hari Besar

8 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   08:44 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
budiuzie.wordpress.com

Banyak dari kita yang harus tinggal berjauhan dari keluarga, entah untuk sekolah atau bekerja. Tentu, terpisah dari orang tercinta bisa menimbulkan rindu yang mendera. Bagaimana menyikapinya?

Di balik keberhasilan untuk keluar dari zona nyaman di rumah dan keluarga, ada perasaan gelisah dan kerinduan yang membuncah. Situasi ini lazim disebut homesick.

Menurut Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas YARSI, homesickness mencakup reaksi-reaksi terhadap sejumlah situasi yang disebabkan perpisahan dari orang-orang dan tempat yang dikenal dengan baik. Hal ini terkait dengan proses penyesuaian diri seseorang dengan budaya baru.

"Homesickness merupakan reaksi emosional yang lazim terjadi ketika kita merasa stres beradaptasi dengan lingkungan baru. Kondisi ini normal dialami oleh perantau," ujar Fitria.

"Masa awal perpindahan merupakan waktu yang rentan mengalami homesickness. Ini karena culture shock atau gegar budaya akibat adanya perbedaan budaya, bahasa, kebiasaan dan makanan," ungkap Fitria.

Pendapat senada disampaikan oleh Anna Dauhan, M.Psi., Psikolog, dari Daya Dimensi Indonesia.

"Homesickness mengarah pada stres emosi terkait kerinduan akan sesuatu yang familiar. Tidak hanya rumah, tapi juga keluarga, teman, kebiasaan, dan makanan. Perpisahan dengan lingkungan yang membuat nyaman inilah yang memicu homesick," jelas Anna.

Homesickness juga dipicu oleh kombinasi antara kesepian dan ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Tanda-tandanya? Kangen dengan hal-hal yang berbau rumah, kangen masakan rumah, atau melihat bendera Indonesia tiba-tiba menangis.

"Jika hanya kangen biasa dan mudah teralihkan, tidak masalah. Namun, waspadai jika rasa kangen itu sudah mengganggu fungsi sehari-hari, sehingga tidak mau belajar atau bekerja," Anna mengingatkan.

Menurut Fitria, perilaku yang muncul ketika homesick menyerang mirip kondisi ketika berduka atas kehilangan seseorang.

"Homesickness biasanya ditandai rasa kehilangan dan memiliki kerinduan yang berlebihan akan rumah, sering kali diikuti keinginan yang sangat kuat untuk kembali pulang," kata Fitria.

Kategorinya sendiri bisa ringan atau berat. Pada kategori ringan, rindu rumah normal terjadi pada sebagian besar orang yang melakukan perpindahan ke tempat baru. Mereka bisa mengalami sedih, kehilangan, dan sendirian.

Sementara itu, homesick yang masuk kategori berat bisa dianggap sebagai gangguan. Bentuknya serupa dengan gejala depresi, seperti sulit makan, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menyendiri, dan bahkan kehilangan berat badan.

Setiap orang, menurut Anna, memiliki mekanisme berbeda terkait homesickness.

Ada yang tidak mengalami karena merasa begitu antusias dengan tempat baru, tapi ada yang langsung merasakan ketika menginjakkan kaki pertama kali di tempat baru.

Ada pula yang rasa rindu rumah yang tertunda, setelah euforia berada di tempat baru memudar. Selain itu, rasa homesick umumnya terjadi karena kala perayaan hari besar, seperti Lebaran atau Natal.

Apakah homesickness berlangsung lama, atau sebentar? Ini tergantung pada seberapa baik si perantau bisa beradaptasi dan mendapatkan teman-teman yang menyenangkan untuknya, atau menemukan tempat-tempat yang seru.

Sebaliknya, homesickness bisa terus berlanjut bila sang perantau tak kunjung mampu beradaptasi dan merasa tak ada yang ia miliki di tempat lama.

Keluarga juga mesti memberikan dukungan.

Caranya? Kendalikan diri dan jangan terlalu sering menghubungi si perantau. Ini penting agar memberi kesempatan pada siswa perantau untuk belajar strategi menyesuaikan diri dan membangun hubungan dengan teman baru, sehingga dia belajar survive di tempat baru.

Anna mengingatkan, seringnya berkomunikasi tidak akan membantu, justru keluarga harus menguatkan dan mendukung, bukan memanjakan.

"Aturlah frekuensi komunikasi menjadi tidak terlalu sering atau juga terlalu jarang, sehingga si perantau punya waktu untuk bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan baru, tapi juga tidak kehilangan orang-orang di tempat lama.

Apa yang membuat homesickness berhasil dilalui dan si perantau bisa bertahan?

Fitria menyebut, hal yang memotivasi untuk tetap bertahan adalah keinginan untuk menunjukkan keberhasilan, mencapai cita-cita, keinginan memperoleh pengalaman baru, serta rasa nyaman dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

Begitu pula bila sang perantau mampu membangun sistem pendukung yang baik, menemukan hal-hal menarik yang tidak ada di rumahnya, serta melihat banyak kesempatan dan peluang untuk berkembang dibandingkan di daerah asalnya. 

Sebaliknya, yang dapat menggoyahkan hati adalah kerinduan yang sangat akan keluarga, ketidakmampuan adaptasi, ketidakpuasan atas capaian yang buruk dan hubungan dengan orang-orang di lingkungan baru, serta putus asa.

"Jika tak kunjung memiliki sistem pendukung yang bagus, kegagalan beradaptasi, tidak mencapai tujuan, dan merasa tidak produktif, saat itulah homesickness mengalahkannya," kata Fitria.

Anna berpesan, sebelum berangkat lakukan sejumlah persiapan untuk meminimalisasi ataupun mengantisipasinya.

"Misalnya, latihan jauh dari rumah, cari tahu kebiasaan dan lingkungan di daerah tujuan seperti apa, dan cari informasi seputar tempat-tempat penting dan menarik agar lebih mudah beradaptasi," ujarnya.

"Hadapi rasa takut! Jangan menyerah dengan kekhawatiran terhadap lingkungan baru. Lakukan sesuatu yang mungkin selama ini tidak pernah Anda lakukan, seperti memulai perkenalan dengan orang baru atau mencoba makanan baru," tandas Anna.

"Homesickness tidak menjadi penghalang bagi kita untuk terus beraktivitas di tempat yang baru. Namun, berlarut dalam kondisi homesick akan menyebabkan kegagalan," pungkas Fitria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun