Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Itu Berbicara dengan Waktu

18 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 18 Mei 2018   07:10 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
loakanantik.blogspot.com

"Menyia-nyiakanmu?"  Perempuan itu terheran-heran. Keningnya mengernyit.

"Ya, karena selama itu pula, aku hanya menyaksikan kamu terlena tanpa daya. Tanpa upaya. Hanya melamun dan terkungkung dalam keluh," gumam jam itu.

Perempuan itu terkejut, menatap jarum jam yang terus bergerak. "Sebegitu lemah dan tak berdayakah aku selama ini!" serunya, seperti pada diri sendiri.

"Bangunlah dari tidur panjangmu. Jangan biarkan semangatmu tertidur," jam itu kembali bergumam. "Coba hitung mundur, berapa banyak waktu yang telah kau buang, Sobat?'

"Aku kecewa. Aku pikir, waktu kau membawaku pulang, aku akan menjadi saksi dari awal kebangkitanmu untuk berjuang kembali..."

Perempuan itu terperangah. Teguran jam itu benar. Ia memang tak lagi berkreasi dengan imajinasinya. Kreativitasnya seperti menguap entah ke mana.

Kesukaannya melukis seakan lebur seiring kepergian calon suaminya. Kuas dan kanvasnya dibiarkan membeku di sudut rumah. Kupingnya seperti tuli, tak mendengar keluh-kesah kanvas yang sudah ingin mendapat sentuhan kuas yang digerakkan tangannya, dengan energi positif yang tersalurkan dari hati nurani paling dalam.

Deretan cat dengan ragam warna pun sudah tak sabar ingin ditumpahkan ke wadah yang juga sudah lama mengering. Semua dibiarkan tak tersentuh seiring duka hatinya.

Kreativitasnya seakan pergi mengiring kematian Ari yang begitu mendadak, melukai hatinya. Sedan berkecepatan tinggi yang dikemudikan seorang pemuda yang teler karena narkoba telah memutus rencana suci mereka. Juga menjadi pengantar bagi duka panjangnya.

Saat itu, Ari tengah berada di dalam mobil pengantin. Ia tak pernah sampai untuk mendampinginya membuat janji sakral pernikahan, karena mobilnya terhantam sedan yang hilang kendali, hingga terjungkal ke dalam jurang.

Sejak saat itu, jiwa perempuan itu bagai ikut terbang meninggalkan raganya. Membiarkan dirinya hidup dalam kegamangan. Menyendiri bagai raga tak bersukma. Perempuan bagai seonggok daging tanpa denyut kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun