"Gue janji bakal balikin duit lo segera, tapi ... dicicil, ya?" pinta Sinta dengan ekspresi memelas.
Widya menghela napas. Dilepasnya pelukan Sinta. "No problemo. Asal ingat ... bunganya 20 persen!" katanya kalem.
"Hah? Gila aja lo! Kalau nggak mau minjemin bilang aja. Jangan jadi lintah, dong!" sahut Sinta sambil cemberut.
Widya terkikik. "Just kidding, Sin." Dirangkulnya bahu sahabatnya.
"Ya ampun, Wid ... Lo tuh ya, bikin gue sportjantung aja!" kata Sinta. Dia lantas menarik napas lega.
"Makanya, jangan boros! Mentang-mentang dikasih kartu kredit sama orangtua, lupa diri deh. Belum bisa cari duit, tapi sudah hobi belanja. Gimana kalau sudah punya penghasilan sendiri. Eh, tapi kalaupun nanti lo sudah bisa cari duit sendiri, juga nggak boleh boros. Boros itu pangkal kemiskinan!" nasihat Widya sok tua.
"Iya, iya. Bawel, ah! Gue sudah kapok, kok. Gue janji akan menjalankan aksi hemat supaya gue bisa segera lunasin utang gue ke lo," kata Sinta dengan mantap.
Ternyata tidak mudah bagi Sinta menerapkan aksi"kencangkan ikat pinggang" yang dia canangkan sendiri.
Dia yang biasanya pergi ke mall setiap akhir pekan kini harus berusaha setengah mati untuk meredam keinginannya
 Apalagi, teman-teman satu gengnya punya hobi belanja ke mall. Kalau bukan karena Widya yang mengingatkannya dan menasihatinya berulang-ulang, mungkin aksi hematnya sudah batal sejak lama.
"Gue cuma mau cuci mata, kok. Bukan belanja," gerutu Sinta sebal ketika Widya kembali melarangnya pergi ke mall.