Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Apakah Dunia Kerja Itu Memang Kejam?

23 Juni 2022   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2022   12:26 4757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persaingan dunia kerja| Shutterstock

Di era digital saat ini, banyak orang yang menggunakan media sosial untuk pamer, curhat atau membagikan kisah hidupnya termasuk pekerjaan dan kondisi dunia kerja yang mereka hadapi. Ada banyak kisah sukses dalam karier yang dibagikan atau betapa indahnya dunia kerja mereka, meskipun ada juga cerita mengenai kejamnya dunia kerja.

Pada dasarnya orang lebih suka menceritakan kisah suskesnya, pencapaian atau keberhasilan dalam hidupnya termasuk dalam pekerjaannya di media sosial. Hanya sedikit orang yang berani menceritakan betapa kejamnya dunia kerja yang mereka alami di media sosial, itupun biasanya kejadian yang sudah lama berlalu

Dunia kerja itu memang kejam, bahkan bisa jadi sangat kejam.

Bukan hanya di perusahaan kecil atau perusahaan keluarga yang kekuasaan mutlak berada di tangan pemilik atau owner namun di perusahaan kelas dunia atau global company yang sudah memiliki sistem yang baguspun tetap ada potensi kondisi kerja yang kejam.

Pada perusahaan kecil atau perusahaan keluarga maka pusat kekuasaan adalah sang pemilik yang dapat menentukan segalanya dan apapun yang diputuskan oleh sang pemilik selalu benar dan tidak dapat diganggu gugat.

Ada banyak kisah kejamnya dunia kerja di perusahaan kecil atau perusahaan keluarga seperti ini, salah satunya adalah yang kisahnya dibukukan sampai 5 serial dan bahkan sampai dibuat film dengan judul yang sama yaitu "My Stupid Boss" atau MSB.

Kisah ini, baik dalam bentuk buku atau film ternyata menarik antusias dari masyarakat yang luar bisa besarnya. Berbagai perilaku yang absurd dan menjengkelkan dialami oleh penulis (chaos@work atau dengan nama samaran "mbak Kerani" atau "Amoy Kerani") diubah menjadi bentuk satire yang menyentuh banyak orang.

Kisah-kisah atau satire dalam buku atau film MSB ini boleh jadi menggambarkan bagaimana "kejamnya" dunia kerja, namun itu belum seberapa. Dalam kenyataannya ada kondisi dunia kerja yang lebih kejam daripada kisah tersebut.

Ilustrasi Kejamnya Dunia Kerja, Sumber: wgcoaching.com
Ilustrasi Kejamnya Dunia Kerja, Sumber: wgcoaching.com

Ada berbagai kisah mengenai bagaimana para pekerja yang harus survive dengan gaji yang sangat kecil, pekerjaan seabrek dan semua harus bisa, jam kerja panjang, tidak ada jenjang karier dan jaminan hari tua ditambah lagi dengan bos memerintah seenaknya dan melempar kesalahan pada para karyawannya, bahkan tidak jarang ucapan kasar, umpatan dan ejekan yang merendahkan menjadi menu sehari-hari.

Dalam kondisi tersebut mereka yang bertahan biasanya karena tidak ada pilihan lain atau menjadikan pekerjaan tersebut sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Mereka yang tidak tahan kondisi tersebut akan keluar atau mengundurkan diri dengan sendirinya.

Kondisi dunia kerja yang "kejam" seperti di atas tentu akan menyuburkan perilaku negatif seperti "penjilat", pemfitnah, sikut-sikutan, makan teman, dan berbagai karakter buruk lainnya.

Tentu saja tidak semua perusahaan kecil atau perusahaan keluarga yang seperti contoh di atas, masih ada yang kondisi kerjanya sehat, manusiawi bahkan menyenangkan dan membuat betah bekerja. Namun yang bagus ini tentunya jumlahnya tidak banyak dibanding yang kurang bagus.

Bagaimana dengan perusahaan besar semisal perusahaan yang sudah go public, perusahaan multi nasional atau BUMN, termasuk lembaga/instansi negara?

Perusahaan besar biasanya mempunyai Human Resources (HR) system yang baik dan sudah teruji dalam meminimalkan efek-efek negatif seperti di atas.

Mereka biasanya mengacu pada undang-undang perlindungan buruh, Hak Azasi Manusia dan kode etik yang berlaku secara universal untuk melindungi karyawan agar tidak dieksploitasi secara berlebihan oleh pemberi kerja.

Meskipun demikian persaingan untuk memperebutkan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi terkadang juga dibumbui dengan intrik, saling jegal, dan sikut-sikutan yang tak kalah seru dan kejam dibanding perusahaan gurem.

Namun berbeda dengan perusahaan gurem, persaingan yang terjadi di sini dibungkus dengan perilaku yang lebih sopan, tidak terang-terangan dan terkadang dengan berbagai skenario yang halus atau bahkan fitnah untuk menyingkirkan pesaing dan memuluskan jalan menuju puncak.

Hampir di semua perusahaan persaingan yang sengit dalam memperebutkan posisi yang lebih tinggi tidak bisa terelakkan lagi. Struktur organisasi dalam setiap perusahaan berbentuk piramida dan artinya semakin tinggi posisi semakin sedikit orangnya memicu terjadinya kompetisi yang ketat.

Jadi di manapun kita bekerja, baik di perusahaan kecil, perusahaan keluarga sampai perusahaan kelas dunia tidak menutup kemungkinan kita menemui atau mengalami kejamnya dunia kerja dengan kadar dan bentuk yang berbeda-beda.

Jadi apa yang harus kita lakukan bila menghadapi kondisi dunia yang kejam?

Secara umum kuncinya hanya satu, yaitu mengasah dan meningkat kualitas diri kita baik dalam ketrampilan teknis (hard skill) maupun kepribadian (soft skill).

Dengan demikian kalau kita berada di perusahaan kecil atau perusahaan keluarga kita bisa naik kelas ke perusahaan yang lebih besar dan bila kita berada di perusahaan besar kita bisa naik ke puncak karier karena kualitas dan kompetensi kita memang sesuai.

Tapi tunggu dulu, kenyataannya tidak sesederhana itu, kualitas dan kompetensi bukan satu-satunya penentu bagi seorang karyawan untuk naik kelas atau untuk mendapatkan posisi puncak di sebuah organisasi atau perusahaan.

Kita perlu mengetahui jebakan-jebakan atau hal-hal yang menghalangi kita dalam perjalanan ke puncak atau untuk naik kelas. Meskipun kualitas dan kompetensi kita berkembang semakin tinggi namun kalau kita salah melangkah bisa jadi kesuksesan yang sudah di depan mata akan lenyap.

Berikut ini beberapa rambu-rambu yang perlu kita pahami agar tidak jatuh dalam dunia kerja yang kejam dan gagal dalam meraih impian di dunia kerja.

<1> Dalam dunia kerja, terkadang kita tidak tahu siapa lawan siapa kawan. Jangan terlalu terbuka kepada orang lain, jangan menceritakan kehidupan pribadi dan masalah kita kepada orang lain bahkan kepada teman yang kita anggap dekat. 

Tetap berhati-hati dan waspada. Terkadang orang yang kita kira bisa dipercaya, dalam perkembangannya bisa jadi orang yang paling berbahaya. Sikap orang bisa berubah 180 derajat tergantung situasi demi cari selamat dan nama baik. Meskipun tidak semua demikian.

<2> Kita pasti akan bersaing dengan orang lain dalam mendapatkan sebuah posisi atau jabatan yang diperebutkan baik secara langsung maupun tidak. Terkadang, bersaingnya kurang sehat. Jangan mudah terprovokasi dan jangan ikut melakukan hal-hal yang negatif.

<3> Iri hati bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja tidak terkecuali ditempat kerja. Kita akan menemui beberapa orang yang akan terlihat iri dengan berbagai pencapaian, gaya hidup dan bahkan sampai dengan keluarga yang kita miliki. Biarkan saja dan jangan ambil pusing.

<4> Ghibah atau membicarakan keburukan orang seringkali berujung fitnah karena tidak sesuai dengan fakta. Terkadang ada orang yang di depan kita menghujat atau meng-ghibah soal atasan, tapi di depan atasan, mereka berubah jadi semanis madu. Jangan menanggapi mereka apalagi ikut-ikutan kelakuan mereka.

<5> Hati-hati dengan politik kantor. Mau kerja di manapun yang namanya politik itu akan selalu ada dan tumbuh subur. Penjilat dan sejenisnya akan kita temui di semua lingkungan kantor. Jangan pernah ikuti mereka, biarkan saja. Berprinsiplah, kita lebih baik dari mereka namun jangan pernah berpikir politik kantor tidak ada.

Demikian beberapa jebakan yang harus kita waspadai agar kita tidak jatuh ke dalamnya dan memupus harapan kita untuk naik level atau mencapai posisi puncak.

Selain itu selama kita bekerja kita harus terus mengasah skill dan mengembangkan talenta kita. Prinsip perusahaan adalah 'profit' sehingga perusahaan akan mempertahankan karyawan bertalenta dan membuang karyawan tanpa talenta.

Jadi dalam bekerja kita harus fokus pada tujuan karier kita sendiri. Jangan pernah berharap agar orang lain bisa menjadi seperti yang kita inginkan. Karakter setiap manusia berbeda, kita harus menerima perbedaan tersebut.

Dunia kerja memang bisa kejam. Tapi lebih kejam lagi kepada orang yang berdiam diri, menganggap sudah tidak ada yang bisa dilakukan, dan tidak mau belajar dari kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun