Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa yang Akan Terjadi Seandainya Harga Pertamax Benar-benar Naik Menjadi Rp 16.000 per Liter?

31 Maret 2022   18:23 Diperbarui: 2 April 2022   08:00 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax resmi naik menjadi Rp12.500-Rp13.000 per liter dan berlaku mulai 1 April 2022. Foto: Pertamina via Kompas.com

Keempat, perbedaan harga yang signifikan antara Pertalite dan Pertamax akan rawan menimbulkan penyelewengan baik selama proses pengalokasian dan pendistribusian sampai dengan pembeli akhir.

Sebagai contoh wilayah atau area tertentu yang ingin mendapatkan jatah Pertalite lebih banyak akan berusaha mempengaruhi atau bahkan menyuap orang dalam Pertamina yang berkuasa untuk mengatur distribusi BBM bersubsidi untuk mendapatkan kuota lebih.

Selain itu kemungkinan juga ada oknum yang mengambil keutungan dari situasi ini dengan membeli Pertalite dari SPBU Pertamina dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual secara eceran dengan harga tinggi bila kuota Pertalite di SPBU terdekat sudah habis.

Kelima, bisnis zat aditif yang dapat meningkatkan nilai oktan bahan bakar akan meningkat. Masyarakat yang sebelumnya mengkonsumsi Pertamax dan beralih ke Pertalite banyak yang khawatir dengan penurunan performa mesin kendaraan mereka. Jadi mereka membutuhkan zat aditif ini.

Zat aditif bensin seperti Tetraethyl lead (TEL) dan Methil Tertier Buthyl Eter (MTBE) dapat menaikkan angka oktan yang cukup tinggi. Harga Pertalite ditambah dengan zat aditif ini masih lebih murah dibanding harga Pertamax.

Demikian bila kita berandai-andai harga Pertamax naik menjadi Rp 16.000 per liter. Namun seberapa besar peluang terjadinya andai-andai di atas?

Secara nasional proporsi konsumsi BBM jenis bensin (gasoline) adalah Pertalite 45 persen, Pertamax 12,4 persen, dan Pertamax Turbo 0,9 persen. Untuk jenis diesel (gasoil) secara nasional adalah 1,3 persen Dexlite dan Pertamina Dex 0,5 persen sisanya adalah Solar biasa.

Jadi pengguna Pertamax hanya sekitar 12,4 persen atau seperdelapan dari total pengguna BBM secara nasional. Jumlah ini tentu saja tidak terlalu signifikan untuk mewakili seluruh pengguna BBM di tanah air.

Perlu diketahui pengguna Pertamax adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas atau orang mampu yang tidak perlu disubsidi oleh pemerintah untuk membeli BBM.

Apakah mereka mau turun ke jalan hanya untuk "memaksa" pemerintah untuk tidak menaikkan harga Pertamax atau dengan kata lain mereka merasa berhak menerima subsidi pemerintah?

Selain itu Pertamax hanya digunakan untuk mobil pribadi bukan mobil niaga sehingga kenaikan harganya tidak akan berpengaruh pada kenaikan biaya distribusi barang atau biaya logistik. Dengan demikian tidak berkorelasi dengan kenaikan harga-harga barang atau inflasi tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun