Mohon tunggu...
Rudiyana
Rudiyana Mohon Tunggu... Guru - Teacher and lecturer

An ordinary person who dreams big

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stop Labelling and Punishing!

16 Juli 2021   09:56 Diperbarui: 16 Juli 2021   10:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak ada siswa nakal,  yang ada adalah suasana sekolah dan guru yang membuat mereka tidak nyaman belajar, sehingga akhirnya berontak, lalu dicap nakal.

Pun,  tidak ada siswa bodoh, yang ada adalah perbedaan minat dan bakat semata.

Pun, tidak ada siswa yang benar-benat cerdas atau jenius, yang ada adalah mereka tahu dan kenal bakat serta potensinya.  Ingat, ikan tidak akan pernah mungkin bisa diajari terbang, begitupun burung tidak akan pernah mungkin bisa diajari berenang.

Demikianpun dengan kita, guru atau dosen,  bukankah kita hanya berbakat pada bidang keilmuan kita masing-masing?

Lantas jika ada pertanyaan: "Mungkin,tapi peran orang tua yang di rumah juga sangat penting. Ketika anak di rumah tidak didik dan diajari sopan santun atau cenderung dibiarkan, jangan salahkan suasana sekolah dan guru".

Pola asuh dari orangtua memang sangat berperan. Jika anak bertindak tidak sesuai dengan kelaziman pada umumnya dan budaya yang ada, bukan berarti lantas si anak langsung dilabeli anak yang tidak sopan dan santun. Letak bedanya ada pada konsep berpikir mereka yang beda dengan orang dewasa seperti kita;  dan saya rasa tidak ada orangtua yang tidak mendidik anaknya sopan santun.  Ini hanya beda konsep berpikir antara mereka dengan kita orang dewasa.

Guru memang memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan pelanggaran, namun harus disesuaikan dengan kaidah pendidikan, dan perkembangan psikologis siswa.

Pendisiplinan yang dilakukan guru,selalu disamakan dengan hukuman. Kekerasan dimaknai sebagai ketegasan. Sanksi yang dijatuhkan dijadikan andalan, bukan konsekuensi. Parahnya lagi, pendekatan kekerasan dipahami sebagai upaya menunjukkan kewibawaan.  Saya guru dan kamu murid.  Pendisiplinan tidak harus dilakukan dengan hukuman. Pendisiplinan bisa dilakukan tanpa kekerasan. Syaratnya, guru harus menghadirkan positive reinforcement, dan sisi humanisnya

Guru harus tinggi empati. Anak usia TK, SD, lari-larian, dan loncat loncatan tidak perlu kita hardik atau kita labeli nakal susah diatur. Itu hanya cara dia meminta perhatian, motorik kasarnya lebih dominan, dll.  Anak SMP terlihat nyebelin, dll itu wajar karena memang ada di masa peralihan. Tak usah guru labeli macam-macam, berikan saja pengarahan yg mendidik, demikianpun anak SMA.

Semoga kita selalu sadar bahwa kitapun tidak hebat-hebat amat. Jadi, tak usahlah kasih label pada siswa kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun