Mohon tunggu...
Rudi Santoso
Rudi Santoso Mohon Tunggu... Dosen Hukum Tata Negara UIN Raden Intan Lampung II Nahdlatul Ulama

Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa engkau akan mati...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dai Zaman Now, Dakwah Tak Cukup Soal Ibadah Tapi Harus Bicara Tentang Perkembangan Ekonomi Syariah

24 Juni 2025   06:51 Diperbarui: 24 Juni 2025   06:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sinilah pentingnya meningkatkan kapasitas para dai. Pemerintah, ormas Islam, dan lembaga keuangan syariah perlu bekerja sama untuk menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi ekonomi syariah bagi para dai. Tujuannya bukan menjadikan dai sebagai ekonom profesional, tetapi cukup memahami prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam dan bagaimana mengaitkannya dengan konteks kehidupan umat.

Dai juga berperan sebagai edukator prinsip syariah di tengah derasnya arus kapitalisme dan liberalisme ekonomi. Banyak umat Islam yang belum tahu bahwa ada alternatif sistem ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Misalnya, bagaimana akad mudharabah dan musyarakah dapat menggantikan sistem pinjaman berbunga, bagaimana zakat dan wakaf bisa menjadi instrumen pengentasan kemiskinan, atau bagaimana bank syariah beroperasi berbeda dari bank konvensional.

Di era digital, dakwah mengenai ekonomi syariah bisa lebih luas jangkauannya. Para dai bisa memanfaatkan media sosial, podcast, kanal YouTube, dan platform digital lainnya untuk menyebarluaskan pemahaman tentang ekonomi Islam. Ini menjadi bagian dari tanggung jawab moral dan sosial seorang dai agar Islam benar-benar menjadi solusi hidup yang paripurna bagi umatnya.

Gagasan bahwa ekonomi syariah adalah ancaman terhadap Pancasila adalah kekeliruan yang perlu diluruskan. Mengembangkan ekonomi syariah bukanlah usaha mengganti ideologi negara, tetapi merupakan bentuk implementasi nilai Ketuhanan, Keadilan Sosial, dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sistem ekonomi syariah sangat menjunjung tinggi keadilan, menghindari eksploitasi, dan menekankan keseimbangan dalam distribusi kekayaan. Hal ini justru sangat sejalan dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia.

Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah global. Namun potensi itu tidak akan tergarap jika para dai dan tokoh agama tidak ikut menggerakkannya dari akar rumput. Maka peran dai di sinilah menjadi kunci. Membangkitkan kesadaran umat bahwa ekonomi syariah bukan hanya soal label, tapi solusi nyata untuk kesejahteraan bersama.

Lebih jauh lagi, ekonomi syariah perlu dijadikan sebagai gaya hidup umat Islam Indonesia. Ini bukan sekadar urusan keuangan, tetapi tentang bagaimana seseorang memilih makanan halal, berpakaian sesuai syariat, bertransaksi dengan jujur, dan berinvestasi secara etis. Dai sebagai figur publik dan panutan umat memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai ini.

Masyarakat yang menjadikan ekonomi syariah sebagai gaya hidup akan melahirkan kultur ekonomi yang sehat, produktif, dan adil. Ini menjadi prasyarat bagi terwujudnya masyarakat madani yang berlandaskan nilai Islam dalam kehidupan nyata, bukan sekadar di atas teks kitab kuning atau ceramah-ceramah spiritual yang hampa dari aksi.

Dai zaman now harus menjadi dai yang solutif, bukan hanya retoris. Mereka harus tampil sebagai pemimpin moral sekaligus pemberi arah dalam pembangunan ekonomi umat. Dengan pemahaman yang kuat terhadap prinsip-prinsip ekonomi syariah, para dai dapat menjadikan dakwah sebagai jalan perubahan nyata. Sudah saatnya dakwah kita tidak hanya menjadi suara di atas mimbar tetapi menjadi cahaya dalam lorong-lorong gelap kehidupan ekonomi umat.

Jika dakwah spiritual menyelamatkan akhirat, maka dakwah ekonomi menyelamatkan dunia. Dan Islam mengajarkan keduanya sebagai satu kesatuan tak terpisahkan. Maka dai masa kini tak cukup hanya tahu cara shalat yang benar, tetapi juga harus tahu bagaimana menolong umat keluar dari jerat ekonomi yang salah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun