Mohon tunggu...
Rudi Haryono
Rudi Haryono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) - Mahasiswa S3 Linguistik Terapan Bahasa Inggris Unika Atma Jaya Jakarta

Educator, Sociopreneur, Youth Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Berbuka Puasa, Tiga Kurma dan Tarawih

28 April 2021   13:39 Diperbarui: 28 April 2021   13:42 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saat yang ditunggu ketika berpuasa tentunya adalah saat berbuka. Setelah seharian penuh sekitar 12 jam lamanya secara fisik dan biologis menahan lapar dan haus tentunya berpengaruh kepada kondisi fisik dan metabolisme tubuh. Kondisi tersebut tentunya mereduksi kemampuan secara energi melakukan aktifitas yang membutuhkan energi atau kalor yang besar. Bagi yang sudah "enjoy" dengan berpuasa tentunya menunggu saat berbuka adalah sebuah hal yang dianggap biasa dan mengalir begitu saja. Tidak perlu ada aktifitas atau kegiatan untuk mengalihkan perut yang lapar dan haus dengan aktifitas lain, walaupun tentunya kegiatan ngabuburit menjadi salah satu rutinitas tambahan menjelang berbuka agar dapat menghilangkan "kejenuhan " menunggu waktu berbuka. Kisaran waktu jam 17.00-an sampai menjelang magrib (saat berbuka) adalah waktu yang sangat ditunggu dan bernilai bagi mereka yang berpuasa,karena hitungan mundur (countdown) menuju saat berbuka semakin mendekati. 

Tidak lama adzan pun berkumandang, tibalah saatnya untuk berbuka dengan melakukan aktifitas makan dan minum sesuai dengan selera yang dihidangkan oleh pribadi atau keluarga. Anjuran Rasululah saw kepada umat Islam untuk makan pengantar menu berbuka (ifthar) dengan yang manis-manis khususnya makan kurma secara ganjil  1, 3 atau 5 biji kurma dan air minum secukupna, cukup menarik untuk kita jadikan sebuah pelajaran (ibroh). Proses membatalkan berpuasa tentu bukan merupakan sebuah hal habis perkara dan kemudian menjadi ajang pembalasan untuk kemudian makan dan minum sepuasnya tanpa memperhatikan tuntunan makan dan minum dalam berbuka puasa sebagaimana Islam ajarkan.

Proses makan dan minum saat berbuka yang berlebihan seringkali justru kontraproduktif dengan makna puasa itu sendiri yang berarti menahan diri (self-control). Mereka yang makan dan minum dengan sepuasnya sampai kekenyangan atau over, berimbas kepada kondisi tubuh yang kemudian menjadi "malas" untuk diajak melakukan ibadah lainnya setelah berbuka seperti sholat Maghrib, Isya dan sholat Tarawih. Kondisi tubuh yang kekenyangan akan membuat tubuh "berat" dan kondisi mengantuk yang pada akhirnya mengganggu kekhusyuan dan ketertiban melakukan ibadah shalat sesudah berbuka. Saat berbuka juga merupakan sebuah tantangan (challenge) bagi yang berpuasa untuk dapat mengendalikan diri antara memuaskan kebutuhan biologis makan minum dengan mengaturnya sedemikian rupa secara proporsional sehingga tubuh dan pikiran tetap stabil untuk dapat melakukan aktifiast ibadah gerak lainnya seperti shalat. 

Kondisi tubuh yang kenyang juga secara telaah agama kurang baik karena dapat menimbulkan kemalasan dalam beribadah dan melakukan gerakan produktif yang lainnya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw,  "Perangilah nafsumu dengan rasa lapar dan rasa haus karena sesungguhnya pahala dalam hal itu seperti pahala berperang di jalan Allah. Tidak ada amal yang lebih dicintai di sisi Allah kecuali rasa lapar dan rasa haus."

Kondisi tubuh yang kenyang dan bahkan kekenyangan juga secara mentalitas dan psikis mengurangi sensitifas atau kepekaan sosial, dan semangat beribadah yang malah cenderung terbawa ngantuk. Lebih buruknya lagi setelah berbuka kekenyangan dan kemudian tertidur pulas dalam kondisi perut yang full, sehingga kewajiban melaksanakan sholat jadi lalai atau ditinggalkan. Filosofi berbuka dengan sedikit kurma dalam jumlah ganjil mengajarkan kita untuk tidak berlebihan (isyraf) dalam hal makan dan minum, walaupun dalam kondisi untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Luar biasa memang ajaran Islam yang secara komprehensif menyeimbangkan antara asupan jasmani (makan dan minum) dan asupan rohani (beribadah), sehingga makna puasa tidak hilang dikarenakan hanya melampiaskan makan dan minum secara berlebihan ketika berbuka puasa, ditengah-tengah aneka ragam menu makanan dan minuman yang dihidangkan dengan berbagai citarasanya.

Di zaman Rasulullah, banyak sekali peperangan yang terjadi di bulan suci Ramadhan di saat umat Islam sedang berpuasa, tetapi kondisi lapar dan haus tidak mempengaruhi spirit mereka dalam berperang sehingga menimbulkan kemenangan dalam berperang walau pun dalam kondisi berpuasa. Bahkan sebuah pesan ayah yang bijak  Luqman berkata kepada anaknya, "Hai anakku, jika perut kenyang, akal akan tertidur, kebijaksaan akan membeku, dan anggota badan menjadi enggan melaksanakan ibadah." Semoga kita semua dapat meneladani praktik baik (best practice) Rasulullah dan para sahabat dalam menyikapi pola makan dan minum dalam berbuka puasa. Insya Allah. Aamiin.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun