Mohon tunggu...
Tubagus Adhi
Tubagus Adhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - wartawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

wartawan senior anggota PWI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertemuan Airlangga dan Puan Belum Terlaksana, tetapi Golkar dan PDIP tetap Mesra

7 September 2022   13:50 Diperbarui: 7 September 2022   14:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketentuan presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden diatur dalam Pasal 122 UU 7/2017 tentang Pemilu. Partai politik (parpol) atau gabungan parpol yang bisa mengajukan capres-cawapres adalah memiliki minimal 20% kursi di DPR atau 25% suara sah secara nasional pada pemilu.

Saat ini KIB sudah mengantongi 148 kursi dengan perincian Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi dan PPP 19 kursi. Dengan demikian KIB memenuhi syarat presidential threshold. Di sisi lain, Golkar sendiri kemungkinan besar tidak juga mempertimbangkan untuk berkoalisi dengan PDIP atau bahkan Gerindra.

Dalam hemat penulis, Golkar saat ini adalah partai yang bisa diterima oleh semua partai. Golkar juga dekat dengan semua partai tersebut, tak terkecuali Gerindra. Dari hasil jajak pendapat bahkan diketahui adanya tren perpindahan pemilih dari Gerindra ke Golkar. Survei terbaru SMRC tentang swing voters atau massa mengambang menyebutkan ada 9,6% pemilih Gerindra yang pindah ke Golkar. Artinya, Golkar potensial menarik sebagian suara Gerindra.

Patut diingatkan bahwa pendiri Gerindra, Prabowo Subianto, awalnya adalah orang Golkar dan pernah maju menjadi bakal calon presiden dari Golkar. Dia adalah mantan tokoh Golkar. Jadi logis kalau kadang-kadang pemilihnya ke Gerindra dan kadang-kadang pindah ke Golkar. Mereka (Gerindra dan Golkar) berada di dalam ceruk pemilih yang sama.

Dalam banyak survei elektabilitas Prabowo Subianto memang cenderung lebih tinggi dibanding Airlangga Hartarto. Namun, popularitas dan elektabilitas sudah sejak awal disebut-sebut bukan menjadi faktor yang bisa sangat memengaruhi pilihan masyarakat. Capres yang memiliki rekam jejak dan kompetensi adalah kriteria utama untuk memenangkan Pilpres 2024.

Kompetensi, kapasitas dan integritas, dinilai menjadi fakrot yang bisa paling memengaruhi keberpihakan dari pemilih. Masyarakat sudah bosan dijejali terus dengan istilah popularitas dan tingkat elektabilitas. Itu mainan lembaga survei.


Calon presiden yang beredar saat ini, harus dilihat latar belakang, kiprahnya, visi dan misinya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia ke depan. Dalam konteks itulah, nama Airlangga Hartarto terus mencuat. Namun, mesin Golkar harus bekerja ekstra untuk lebih memasarkan Airlangga Hartarto hingga ke level akar rumput.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun