Investor China menguasai seluruh rantai produksi, mulai dari penambangan, pengolahan, hingga ekspor.
Peran perusahaan lokal Indonesia sebagian besar hanya sebagai penyedia lahan, pekerja kasar, atau mitra minoritas.
Peralatan, teknologi, dan bahkan logistik didatangkan dari China, sehingga uang berputar lebih banyak ke luar negeri daripada di dalam negeri.
Dalam beberapa kasus, kontrak-kontrak pengelolaan sumber daya dibuat sangat tertutup, sehingga tidak ada transparansi mengenai pembagian keuntungan yang adil.
Yang lebih tragis, pemerintah seolah bangga atas angka ekspor nikel yang naik drastis tanpa menyebutkan bahwa nilai tambah ekonomi nasional tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan dan konflik sosial yang ditimbulkan.
Penutup
Jalan pintas pembangunan yang ditawarkan investor China memang menggoda. Cepat, mudah, dan terlihat berhasil. Tapi di balik itu ada konsekuensi jangka panjang: hilangnya kontrol, menurunnya daya saing nasional, dan meningkatnya ketimpangan. Jika kita tidak hati-hati, jalan pintas ini bisa menjadi jalan buntu yang menjebak masa depan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI