Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Lagi Soal Pintar: Soft Skill dan Problem Solving Jadi Penentu Nasib di Dunia Kerja

21 Juli 2025   21:52 Diperbarui: 21 Juli 2025   21:55 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis, PHK, persaingan kerja yang brutal, dan perubahan teknologi yang tak pernah berhenti,  semua itu bisa membuat siapa pun goyah. Tapi di tengah kekacauan itulah, muncul satu fenomena menarik: ada orang-orang yang bukan hanya bertahan, tapi justru tumbuh lebih kuat. Mereka bukan sekadar selamat dari badai, tapi belajar menari di tengah hujan.

Inilah yang membedakan generasi yang tenggelam dan generasi yang muncul ke permukaan. Mereka yang sukses bukan yang hidupnya mulus-mulus saja, tapi yang mampu mengubah tekanan menjadi pelajaran.

Di banyak kota besar maupun daerah, kita bisa melihat cerita-cerita kecil yang luar biasa. Mantan karyawan pabrik tekstil yang beralih menjadi penjual makanan online. Pegawai kontrak yang tak diperpanjang, lalu membuka kursus digital kecil-kecilan. Atau ibu rumah tangga yang mendadak jadi reseller karena suaminya di-PHK. Bukan karena mereka punya latar belakang hebat, bukan pula karena mereka lulusan luar negeri. Tapi karena satu hal: mereka tidak menyerah.

Kunci Mereka: Bukan Gelar, Tapi Mentalitas

Kalau kita telisik lebih dalam, orang-orang ini bertahan dan bahkan tumbuh bukan karena punya gelar tinggi atau pengalaman elite. Justru banyak dari mereka datang dari latar belakang biasa. Tapi mereka punya modal mental yang luar biasa:

  • Berani belajar dari nol, bahkan di usia yang sudah tidak muda.
  • Mampu mencari informasi secara mandiri, dari YouTube, webinar gratis, hingga komunitas daring.
  • Punya koneksi sosial yang sehat, bukan untuk pamer, tapi untuk saling bantu dan bertukar ide.
  • Tidak malu mencoba hal baru, meskipun itu berarti jualan kecil-kecilan, atau kerja lepas yang jauh dari latar belakang pendidikan mereka.

Inilah bentuk paling nyata dari resiliensi,  daya lenting mental dan emosional yang membuat seseorang tetap bisa berdiri, bahkan setelah terjatuh.

Tekanan Tidak Selalu Menghancurkan

Dalam dunia psikologi, dikenal istilah post-traumatic growth,  yaitu tumbuh setelah mengalami tekanan atau peristiwa traumatis. Dalam konteks dunia kerja, kita menyebutnya sebagai career resilience. Mereka yang terlempar dari zona nyaman justru bisa menemukan potensi baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Kadang, justru karena PHK seseorang akhirnya bisa mewujudkan mimpi lama yang selama ini ditunda. Kadang, krisis keuangan memaksa orang belajar hal-hal baru yang dulu dianggap tak penting. Dan dari sanalah muncul kreativitas, inovasi, bahkan karier baru yang lebih sesuai dengan jati diri.

Soft Skill dan Problem Solving Jadi Bekal Utama

Orang-orang yang bisa tumbuh dalam tekanan umumnya punya dua hal yang sama: soft skill yang matang dan kemampuan problem solving yang terasah. Mereka tidak panik saat rencana A gagal, karena mereka siap dengan rencana B, bahkan C dan D. Mereka bisa bicara dengan tenang, membangun relasi dengan cepat, dan menyusun langkah-langkah kecil yang realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun