Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inflasi Akademik dan Deflasi Kompetensi : Krisis Kualitas Sarjana Indonesia

14 Juli 2025   13:03 Diperbarui: 14 Juli 2025   13:03 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IPK Tinggi, Tapi Nalar Merosot

Fenomena ini harus dibaca sebagai gejala penyakit struktural, bukan sekadar kelemahan teknis. Pendidikan tinggi kita telah digerakkan oleh logika komodifikasi, menjual jasa akademik dalam bentuk angka dan gelar, bukan ilmu dan karakter. Ketika nilai diproduksi tanpa melalui proses intelektual yang jujur, maka lahirlah lulusan yang kosong dalam nalar, namun penuh dalam transkrip.

Sistem seperti ini tidak hanya merugikan mahasiswa, tapi juga bangsa secara keseluruhan. Karena dalam jangka panjang, negara akan dipenuhi oleh lulusan yang tidak siap berpikir, tidak siap bekerja, dan tidak siap hidup dalam dunia nyata

2. Deflasi Kompetensi: Sarjana Tidak Siap Pakai

Sementara nilai akademik terus mengalami inflasi, kompetensi lulusan justru mengalami deflasi, penurunan kualitas yang sistemik dan mengkhawatirkan. Lulusan perguruan tinggi tampak hebat di atas kertas, tetapi lemah dalam praktik. Gelar "Sarjana" semakin kehilangan makna fungsionalnya dalam dunia nyata.

Survei nasional yang dilakukan Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2022 mencatat bahwa 87% lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak siap masuk dunia kerja. Angka ini bukan sekadar statistik; ia adalah gambaran menyedihkan tentang kegagalan institusi pendidikan tinggi dalam memenuhi janji utamanya: menyiapkan manusia yang siap hidup dan bekerja dalam masyarakat.

Tak hanya itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada 2023, pengangguran terbuka tertinggi justru berasal dari kalangan sarjana (9,6%), lebih tinggi dibanding lulusan SMA atau SMK. Hal ini mencerminkan mismatch serius antara kurikulum akademik dan kebutuhan riil dunia kerja.

Apa yang Salah? Berikut Titik-titik Kerapuhan Kompetensi:

a. Minimnya Soft Skill dan Kemampuan Problem Solving

Salah satu titik lemah paling mencolok adalah kurangnya penguasaan keterampilan lunak (soft skills)---seperti kerja sama tim, kepemimpinan, adaptasi, hingga manajemen waktu. Sebagian besar lulusan terbiasa mengikuti perintah, bukan memimpin; mampu mengerjakan soal ujian, tapi gagal menghadapi masalah nyata.

Lebih buruk lagi, problem solving---kemampuan paling dasar dalam dunia kerja modern---tidak diajarkan secara serius. Kampus sibuk mengejar akreditasi administratif, tetapi lupa menanamkan keterampilan berpikir reflektif, kritis, dan solutif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun