Aristoteles: "Pertanyaannya adalah: Apakah moralitas yang didasarkan pada evolusi sosial cukup kuat untuk mengarahkan manusia kepada kebaikan universal, ataukah ia tetap rentan terhadap relativisme?"
Ibnu Rusyd: "Saya percaya moralitas yang sejati hanya dapat bersumber dari Tuhan, karena hanya Dia yang absolut. Jika moralitas relatif, manusia akan kehilangan arah."
Darwin: "Sebaliknya, saya melihat fleksibilitas moral sebagai keuntungan. Ia memungkinkan masyarakat untuk beradaptasi dengan situasi baru dan tetap bertahan."
Ibnu Rusyd: "Namun, fleksibilitas itu juga bisa membawa kehancuran jika manusia menggunakan moralitas untuk membenarkan kejahatan mereka."
Darwin: "Di situlah pentingnya norma sosial. Masyarakat mengembangkan aturan yang melindungi kepentingan bersama dan menghukum perilaku yang merusak."
Aristoteles: "Kalian menyentuh isu besar dalam filsafat etika: Apakah moralitas yang bersifat tetap lebih unggul daripada moralitas yang fleksibel? Keduanya memiliki kekuatan dan kelemahannya."
Ibnu Rusyd: "Keyakinan pada Tuhan juga memberikan manusia tujuan akhir yang jelas. Tanpa itu, manusia akan hidup tanpa arah, hanya mengejar kenikmatan duniawi."
Darwin: "Saya tidak setuju. Manusia dapat menemukan makna dalam hidup melalui hubungan sosial, kreativitas, dan kontribusi pada dunia."
 Ibnu Rusyd: "Namun, makna yang Anda sebutkan tetap bersifat sementara. Kehidupan ini hanyalah bagian kecil dari eksistensi manusia yang lebih besar."
 Darwin: "Bagi saya, hidup ini sudah cukup. Kita tidak memerlukan kehidupan lain untuk menemukan kebahagiaan dan makna."
 Aristoteles: "Apakah kebahagiaan berasal dari pencapaian di dunia ini, ataukah ia hanya ditemukan melalui pencapaian tujuan yang lebih tinggi? Ini adalah pertanyaan mendalam."