Mohon tunggu...
ruben saragih
ruben saragih Mohon Tunggu... Konsultan - penulis buku, konsultan dan pembicara

saya seorang penulis buku tentang kebahagiaan di tempat kerja, juga sebagai pembicara seminar terkait topik kepemimpinan, manajemen kinerja, motivasi dan bisnis, sekaligus sebagai konsultan bisnis. Pengalaman kerja 25 tahun, dimana 5 tahun terakhir di posisi direksi perusahaan nasional.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

WFH: Kerja Cerdas atau Kerja Keras?

8 Oktober 2020   18:54 Diperbarui: 8 Oktober 2020   18:58 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

7 bulan sudah kita menjalani situasi krisis yang diakibatkan oleh pandemik virus Covid 19. Selama itu pula sebagian besar diantara kita terpaksa bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home). 

Di awal kebijakan ini dilakukan serentak di seluruh dunia, banyak diantara kita yang berharap bahwa kebijakan WFH ini akan mendorong terciptanya keseimbangan antara kerja dan hidup (work-life balance). Namun yang terjadi sebaliknya, justru banyak diantara kita yang merasa semakin sibuk. 

Pekerjaan tidak ada habis-habisnya, bahkan kadang sampai larut malam dan dibawa ke tempat tidur. Bercampurnya antara pekerjaan dan urusan pribadi membuat pekerjaan sering menjadi tidak efektif. 

Gangguan dari anggota serumah, ruang kerja yang seadanya, serta masalah koneksi menjadi contoh kecil dari berbagai gangguan yang terjadi selama FWH berlangsung.  Belum koordinasi antara atasan dan tim yang menjadi kurang efektif karena tidak adanya pertemuan tatap muka secara fisik.

Terkait hal di atas, belakangan di AS muncul satu istilah baru WFH Fatigue, kelelahan akibat bekerja dari rumah. Banyak orang yang memplesetkan WFH menjadi Work Full Hour. 

Benarkah yang dialami demikian? Jangan-jangan pola bekerja dari rumah selama ini malahan membuat kita bekerja keras bukannya bekerja cerdas. Lalu apa bedanya kerja keras dan kerja cerdas?  

Sebelum membahas apa itu kerja cerdas, ada baiknya kita sepakat terlebih dahulu dengan yang disebut kerja keras.  Banyak diantara kita yang menganggap bahwa kerja keras itu sama dengan produktif. 

Istilah kerja keras sendiri muncul paska Perang Dunia ke 2, dimana saat itu kondisi ekonomi sebagian besar manusia sangat sulit akibat dampak perang yang berkepanjangan. 

Minimnya lapangan pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah yang membutuhkan pekerjaan, membuat hanya orang-orang bekerja keras yang akan dipilih dan berhasil. 

Perkembangan teknologi saat itu masih sangat rendah, membuat tenaga manusia masih sangat diandalkan dalam sebuah pekerjaan. Perlahan-lahan istilah kerja keras ini melekat bagi siapapun yang ingin sukses dalam karirnya. 

Namun menariknya, banyak diantara mereka yang hingga kini sudah menduduki jabatan tinggi serta penghasilan yang besar, masih tetap bekerja keras dalam kesehariaannya. Lalu apa bedanya kerja keras dan kerja cerdas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun