7 bulan sudah kita menjalani situasi krisis yang diakibatkan oleh pandemik virus Covid 19. Selama itu pula sebagian besar diantara kita terpaksa bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home).Â
Di awal kebijakan ini dilakukan serentak di seluruh dunia, banyak diantara kita yang berharap bahwa kebijakan WFH ini akan mendorong terciptanya keseimbangan antara kerja dan hidup (work-life balance). Namun yang terjadi sebaliknya, justru banyak diantara kita yang merasa semakin sibuk.Â
Pekerjaan tidak ada habis-habisnya, bahkan kadang sampai larut malam dan dibawa ke tempat tidur. Bercampurnya antara pekerjaan dan urusan pribadi membuat pekerjaan sering menjadi tidak efektif.Â
Gangguan dari anggota serumah, ruang kerja yang seadanya, serta masalah koneksi menjadi contoh kecil dari berbagai gangguan yang terjadi selama FWH berlangsung. Â Belum koordinasi antara atasan dan tim yang menjadi kurang efektif karena tidak adanya pertemuan tatap muka secara fisik.
Terkait hal di atas, belakangan di AS muncul satu istilah baru WFH Fatigue, kelelahan akibat bekerja dari rumah. Banyak orang yang memplesetkan WFH menjadi Work Full Hour.Â
Benarkah yang dialami demikian? Jangan-jangan pola bekerja dari rumah selama ini malahan membuat kita bekerja keras bukannya bekerja cerdas. Lalu apa bedanya kerja keras dan kerja cerdas? Â
Sebelum membahas apa itu kerja cerdas, ada baiknya kita sepakat terlebih dahulu dengan yang disebut kerja keras. Â Banyak diantara kita yang menganggap bahwa kerja keras itu sama dengan produktif.Â
Istilah kerja keras sendiri muncul paska Perang Dunia ke 2, dimana saat itu kondisi ekonomi sebagian besar manusia sangat sulit akibat dampak perang yang berkepanjangan.Â
Minimnya lapangan pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah yang membutuhkan pekerjaan, membuat hanya orang-orang bekerja keras yang akan dipilih dan berhasil.Â
Perkembangan teknologi saat itu masih sangat rendah, membuat tenaga manusia masih sangat diandalkan dalam sebuah pekerjaan. Perlahan-lahan istilah kerja keras ini melekat bagi siapapun yang ingin sukses dalam karirnya.Â
Namun menariknya, banyak diantara mereka yang hingga kini sudah menduduki jabatan tinggi serta penghasilan yang besar, masih tetap bekerja keras dalam kesehariaannya. Lalu apa bedanya kerja keras dan kerja cerdas?