Mohon tunggu...
RSID
RSID Mohon Tunggu... ‎

‎

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Kesurupan: Gejala Psikologis yang Kerap Disalahartikan sebagai Gangguan Gaib

26 Juli 2025   00:06 Diperbarui: 26 Juli 2025   00:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/05/20/ilustrasi-kesurupan-massal_169.jpeg?w=650&q=80

Kesurupan merupakan fenomena yang masih sangat lazim ditemukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ketika seseorang tiba-tiba kehilangan kesadaran atau berperilaku tidak biasa, reaksi spontan yang sering muncul adalah keyakinan bahwa ia sedang dirasuki makhluk gaib. Ungkapan seperti "kerasukan jin", "ketempelan roh", atau "diganggu makhluk halus" sudah menjadi penjelasan yang dianggap wajar, bahkan langsung diterima tanpa dipertanyakan.

Pandangan semacam ini memang telah mengakar kuat dalam budaya kita, meskipun tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Dalam banyak kasus, kesurupan justru merupakan bentuk manifestasi psikologis dari tekanan emosional dan mental yang tidak tersalurkan. Namun, masyarakat yang terbiasa melihat dunia melalui kacamata mistis cenderung menolak kemungkinan bahwa gangguan psikologis dapat muncul dalam bentuk yang dramatis. Akibatnya, penanganan terhadap orang yang mengalami kesurupan pun lebih sering diarahkan pada praktik spiritual daripada pendekatan medis atau psikologis.

Ketika Semua Hal yang Tak Dimengerti Dianggap Gaib

Salah satu ciri khas dari cara masyarakat Indonesia memahami kesurupan adalah kecenderungan untuk mengaitkan segala gejala aneh dengan dunia gaib. Ketika seseorang berteriak histeris atau menunjukkan gerakan tubuh yang tidak biasa, yang langsung dibayangkan adalah adanya roh jahat yang masuk ke dalam tubuhnya. Masyarakat tidak terbiasa memaknai gejala tersebut sebagai respons dari jiwa yang sedang mengalami gangguan. Di sinilah letak akar dari stigma kesurupan sebagai sesuatu yang selalu bersumber dari luar diri manusia.

Pandangan semacam ini tumbuh dari warisan budaya yang sangat kuat terhadap hal-hal supranatural. Cerita rakyat, mitos, dan kepercayaan turun-temurun telah membentuk pola pikir masyarakat secara luas, sehingga penjelasan ilmiah sering kali sulit diterima. Tak mengherankan jika psikologi modern kerap ditolak secara halus, bahkan dianggap tidak relevan dalam konteks kesurupan. Sebaliknya, pendekatan spiritual tetap menjadi pilihan utama karena dianggap lebih sejalan dengan nilai dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.

Stigma dan Akibatnya yang Merusak

Pandangan yang melabeli kesurupan sebagai gangguan gaib menciptakan stigma yang kuat. Orang yang pernah mengalami kesurupan sering kali dianggap sebagai individu yang lemah secara spiritual. Mereka mungkin dijauhi atau dibebani pandangan negatif bahwa dirinya menjadi perantara kekuatan jahat. Padahal kenyataannya, banyak dari mereka sedang mengalami tekanan batin atau trauma emosional yang tidak terlihat dari luar.

Stigma ini merugikan karena tidak hanya menambah beban psikologis, tetapi juga menghalangi individu untuk mendapatkan bantuan yang tepat. Jika seseorang terus dianggap sebagai korban gangguan makhluk halus, maka fokus akan tertuju pada pengusiran entitas tersebut dan bukan pada pemulihan kondisi mentalnya. Ia mungkin harus menjalani ritual yang keras dan tidak jarang menyakitkan secara fisik dan emosional. Sementara itu, luka batin yang menjadi sumber dari gangguan tidak pernah disentuh.

Sebagian besar stigma ini tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh dari keyakinan kolektif yang diwariskan melalui kepercayaan dan praktik budaya masyarakat. Penelitian yang dipublikasikan dalam The British Journal of Psychiatry oleh Bartholomew dan Wessely (2002) menunjukkan bahwa kesurupan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan kepercayaan yang mengakar. Dalam masyarakat yang mempercayai gangguan gaib sebagai penjelasan utama atas perilaku tidak biasa, individu menjadi lebih rentan mengalami kesurupan, terutama ketika berada dalam situasi yang dianggap menyeramkan, seperti di lokasi yang dikenal angker atau setelah menyaksikan orang lain mengalami hal serupa.

Kesurupan dalam Perspektif Psikologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun