Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Bumi di Geopark Ciletuh Sukabumi

8 November 2017   18:34 Diperbarui: 8 November 2017   18:36 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Taman Bumi di Geopark Ciletuh Sukabumi

keindahan pantai. Ke Ciletuh, dijamin dapat banyak keindahan.  Pantai, sawah,  ladang, pula ada air terjun dari gunung dan disempurnakan dengan huta, adalah yang ditawarkam di taman bumk di Geopark Sukabumi. Memasuki kawasan Sukabumi udara segar nan sejuk sudah pasti menyapa, seperti pagi saya hari ini. Dibutuhkan waktu empat sampaj lima jam untuk tiba di tanah Sukabumi lalu masih harus melanjutkan perjalanan  kurang lebih empat jam lagi untuk tiba di desa Ciwaru. Sepanjang jalan kami puas disuguhi pemandangan desa dan pepohonan.  Langit biru berpadu-padan dengan awan putih yang jauh dari pemandangan gedung-gedung besar di kota.

Desa Ciwaru menjadi pilihan kami menginap sebelum menikmati tujuan pertama di Curug Cimarinjung. Desa ini adalah salah satu dari banyak desa yang menyediakan ragam pilihan villa dan homestay. Pintar-pintarlah memilih villa maupun homestay agar sesuai budget yang telah kita rencanakan.
Curug cimarinjung here we come. Dari homestay kami harus naik mobil menuju lokasi selama 15 menit dengan kondisi jalan yang sungguh tak bagus. Usak memarkir kendaraan kami masih harus berjalan kaki selama 10 sampai 15 menit. Persis sebelum kendaraan parkir kami sudah melihat air terjun yang sangat indah menyembul ke luar diantara rimbunnya hutan dan bebukitan. Begitu mencolok sebab warna air yang putih jernih diantara hijaunya pepohonan.

Siapkan tenaga, lanjut jalan kaki di jalan setapak yang berbatu- waktu saya ke sana sedang dalam perbaikan. Nikmati saja hijaunya alam sekitar, tak perlu tergesa-gesa. Luar biasa ciptaan Tuhan, karya luar biasa terpampang di hadapan kami. Begitu sempurna sampai mirip sekali dengan desktop background di komputer pemandangan yang ada persis di depan kami. Deretan batu besar yang bergelimpangan di sekitar air terjun, membuat seakan dibawa ke jaman Jurasik Park, sungguh memukau. Mendongaklah ke atas untuk melihat betapa tingginya air jatuh ke kumpulan air. Gemercik air tak pernah berhenti menambah kental suasana hutan dan air terjun. Bebatuan. Kokoh di samping kanan dan kiri air terjun kian mempercantik lukisan alam. Jika mengambil foto di satu sisi tebing siapapun akan mengira kita berada di tebing bukan di air terjun. Air terjun cantik lagi kokoh. Sebelum lupa harga tiket masuk hanya Rp.2.500

Puncak Bunga
Tak akan pernah puas menikmati indahnya Curug Cimarinjung, tapi harus disiplin untuk tiba tepat waktu di tujuan wisata selanjutnya. Kami harus menaiki bukit yang sangat tinggi dengan kondisi tanah berbatu lagi berdebu. Harus berhati-hati sebab kita dapat jatuh kapan saja. Pastikan kita harus memakai sandal gunung. Pagi itu masih jam sembilan pagi tapi matahari sungguh sudah menunjukkan sinar teriknya yang sanggup memaksa keringat keluar. Puncak Bunga menjadi titik tertinggi kedua di di Geopark Ciletuh yang tepat mengarah ke laut. Di sini, jika kita menanti sunset kita bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam.

Sejujurnya menanjak di pagi hari bertemankan matahari sudah melelahkan tapi begitu melihat gerbang masuk yang tak mirip dengan loket pembayaran wisata kami lega. Merogoh kocek Rp.3.000 perorang kami kembali harus menaiki tanah yang sedikit lebih tinggi. Dan wow....pemandangan luar biasa cantik tersaji di hadapan kami.

Bambu yang disusun membentuk dipan menjorok ke laut menjadi titik pusat untuk berfoto. Harus hati-hati sebab salah langkah kita akan jatuh ke lembah. Duduk atau berdiri di atas bambu yang tersusun rapi boleh saja untuk mendapat pemandangan cantik yang sangat luas. Hamparan desa bersanding dengan hutan alam cantik diperelok dengan Pantai Palangpang sungguh rupawan. Apa uang kita liha kian memesona dengan garis pantai yang begitu jelas membentuk setengah lingkaran. Belum lagi gunung nun jauh di sisi kiri, betapa puas menikmati semuanya dari satu titik kecil.
Jika sudah melihat dari ketinggian kami harus turun ke bawah lagi untuk menyaksikan semua keindahan dari bawah. Kami kini menuju Pantai Palangpang. Menuruni jalan lalu kembali ke mobil untuk dapat tiba di pantai.

Dasar orang kota yang terbiasa dengan pemandangan gedung pencakar langit, hari ini kami kenyang dengan hijaunya hamparan sawah dan hutan yang bergelayutan menggantung sebab menutupi perbukitan. Waktu sudah pukul 11, waktu yang tak tepat untuk menyambangi pantai, tapi tetap saja kami pergi. Setibanya di pantai kami melakukan apa saja yang kami suka. Ada yang langsung berfoto dengan latar belakang tulisan Geopark Ciletuh, ada juga yang duduk saja ada pula yang mencoba mendekati pantai.

Perjalanan kami lanjutkan dengan mobil menuju Curug Cikanteh. Konon curug ini adalah tempat sepasang pengantin menghilang, sebab itu ada sepasang air terjun di tengah bukit yang luas. Abaikan saja kisah tersebut sebab pemandangannya elok. Tebing yang dikelilingi hutan dihiasi dua air terjun. Berfoto diantara kedua air terjun- tentu saja dari kejauhan- akan tampak oleh kita kedua air terjun tersebut sebagai bingkai foto. Dari parkiran pemandangan Curug Cikanteh sudah nampak, tapi masih harus turun jauh untuk bermain dengan airnya. Atas saran guide, kami mengabaikan air terjun yang elok tersebut demi air terjun lain yang jauh lebih cantik di tengah hutan.

Kurang dari 10 menit kami memanjakan mata menikmati pemandangan Curug Cikanteh lalu merambah hutan. Sebagian kecil jalan setapak dalam kondisi baik selebihnya adalah tanah basah dan tanah berbatu. Sepuluh menit pertama kami senang-senang, dilanjutkan dengan mendaki tanah yang becek sesekali berbatu. Kembali menapaki jalan datar, kemudian jalan berbatu selanjutnya mendaki tajam. Melewati bebatuan besar sampai harus melewati anak sungai. Saya hampir terjatuh sebab banyak bebatuan licin. Mengambil jalur kiri yang masih hutan. Masih harus bersyukur matahari masih menembus hutan sebab lebatnya hutan. Setelah sampir 25 sampai 30 menit kami tiba di tempat yang dimaksud. Hamparan bukit batu menjulang tinggi pepohonan juga menghiasi bukit-bukit. Air terjun berundak-undak dihiasi batu-batu besar- luar biasa.

Sesaat kami semua berteriak atas keindahan ciptaan Tuhan untuk kemudian memperhatikan batu-batu. Kami melakukannya untuk mencari jalan ke tumpahan air Curug sodong. Tapakkanlah kaki perlahan untuk mengetahui kondisi kokohnya kondisi batu sebelum menjadi pijakan kita ke batu lainnya. Dengan usaha yang cukup gigih kami pun  kini berada tepat di bawah air terjun Sodong. Kami dapat menyandarkan tubuh ke batu besar dan langsung diguyur air. Rasanya seperti di pijat- segarrr....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun