wahai badai yang menerjang pundak bumi
di bawah langit yang tenang, jiwa mengundang
ciptakan keributan di tenangnya atas kepala
mematahkan palsunya damai bertopeng ketenangan
bukan aku tak mengidamkan kedamaian
namun palsu mana mungkin menipu mataku
mana mungkin palsu sehakikat dengan kebenaranÂ
hakikat yang tak dapat seorang pun paksakan
maka datang, lantas lenyapkan kabut yang menyelubung
agar kenyataan tiba, meski pedih menyertainya
tak rela jiwa membusuk di udara ini
biar jiwaku bernafas, meski berat langkahku ke depan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!