Kita semua pasti pernah berbohong, baik dalam skala kebohongan kecil sampai besar. Â Namun tahukah anda kebohongan itu terkait dengan aktivitas negatif otak kita ? Â Mengapa kebohongan kecil pada umumnya akan diikuti oleh kebohongan berikutnya dalam skala yang lebih besar?
Penelitian yang dipublikasikan dua hari yang lalu di jurnal  Nature Neuroscience yang dilakukan oleh  para peneliti dari  Wellcome dan  the Center for Advanced Hindsight berhasil mengungkap fakta bahwa kebohongan itu akan menurunkan aktivitas otak kita yang selanjutnya akan memicu timbulnya emosi negatif. Lihat videonya disini.
Tidak hanya sampai disitu saja penurunan aktivitas otak kita yang terkait dengan munculnya emosi negatif ini akan mendorong kita untuk melakukan kebohohongan yang lebih besar lagi di masa mendatang.
Otak kita memiliki bagian yang  dinamakan dengan amygdala yang terkait dengan emosi.  Jika seseorang berbohong kecil untuk pertama kalinya dalam  suatu hal, maka bagian otak inilah menjadi paling aktif.Â
Pasa saat seseorang berbohong untuk meraih sesuatu tujuan tertentu, maka  sebagai kontrol alamiah amygdala akan menghasilkan sentimen negatif  yang secara alamiah akan mencegah kita untuk berbohong.
Namun demikian, dengan semakin seringnya kita berbohong maka respon amygdala akan semakin berkurang yang menyebabkan kita akan memicu seseorang  melakukan kebohongan berikutnya dengan skala kebohongan yang lebih besar lagi. Â
Respon otak yang semakin tidak sensitif terhadap kebohongan yang terus berlanjut mencerminkan penurunan respon emosi. Â Dalam kondisi seperti ini seseorang akan semakin merasakan tidak bersalah dengan semakin meningkatnya frekuensi dan kualitas kebohongan yang dilakukannya.
Terkait dengan hasil penelitian ini, sebaiknya kita lebih waspada dalam berbohong walaupun dalam skala kecil sekalipun karena disamping akan menyebabkan timbulnya emosi negatif yang merugikan, juga pada suatu waktu kita dipastikan akan menyandang reputasi sebagai  pembohong besar.