Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Lahan Basah yang Terlupakan

1 November 2021   11:28 Diperbarui: 1 November 2021   18:09 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lahan gambut.| Sumber: Shutterstock/Grenfiki Yongki Nugraha via Kompas.com

Konferensi iklim dunia COP 26 yang sedang berlangsung di Glasgow, Skotlandia saat ini dinilai sangat strategis sekaligus sebagai ajang penentuan apakah negara di dunia memang memiliki komitmen yang kuat dalam menyelamatkan bumi ini.

Perubahan iklim tidak dapat dibantah lagi telah menimbulkan berbagai bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir, peningkatan gas rumah kaca, berlubangnya ozon, dll yang telah banyak memakan korban jiwa dan berdampak besar pada degradasi lingkungan.

Komitmen dunia terhadap pengurangan dampak pemanasan global ini sempat mencapai titik nadir ketika Amerika sebagai salah satu penghasil pencemar udara dan lingkungan terbesar menarik diri dari komitmennya untuk mengurangi dampak pemasanan global ini di era Presiden Trump.

Selama ini fokus perhatian dunia untuk mengurangi dampak pemanasan global tersebut pada upaya penyelamatan hutan utamanya hutan tropis.

Memulihkan fungsi hutan diharapkan menjadi cara yang jitu untuk menyerap karbondioksida dan mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin memburuk.

Guyuran uang dalam jumlah yang sangat besar dijanjikan negara maju untuk program pelestarian hutan yang umumnya berada di banyak negara berkembang termasuk Indonesia.

Namun tidak banyak yang berpikir bahwa disamping hutan tropis, lahan basah atau yang biasa dikenal juga dengan rawa yang ada di berbagai negara juga wajib digarap karena memberikan dampak yang siknifikan pada perubahan iklim.

Lahan basah kalimantan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Photo: needpix.com 
Lahan basah kalimantan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Photo: needpix.com 

Peran Rawa yang Strategis

Harapan bahwa hutan merupakan salah satu lingkungan alami yang berfungsi menyimpan karbon tampaknya perlu dipikirkan kembali, karena disamping hutan juga ada hamparan rawa yang sangat luas yang juga memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penyimpan karbon.

Selama ini rawa ataupun lahan basah masih dianggap sebelah mata terkait perannya dalam menyimpan karbon yang berdampak besar pada pengurangan dampak pemanasan global.

Komitmen dunia untuk membatasi pemanasan global maksimal sebesar 1.5 derajat C jika hanya mengandalkan penyelamatan dan pelestarian hutan saja akan sulit tercapai. Oleh sebab itu pelestarian hutan ini perlu dikombinasikan dengan peningkatan peran lahan basah sebagai tempat penyimpanan karbon.

Jika kita mendiskusikan lahan basah maka kita akan melihat potensinya yang sangat besar karena luasannya di berbagai belahan bumi ini sangat besar dalam bentuk rawa air asin, bantaran sungai pasang surut, hutan bakau, dan lahan gambut, dll.

Tidak banyak yang menyadari bahwa dengan dalih untuk kebutuhan pangan seperti pencetakan sawah baru dan kolam ikan atau keperluan lainnya, lahan basah ini secara cepat dikonversi menjadi lahan kering yang dalam jangka pendek maupun jangka panjang berdampak besar pada degradasi lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu hektar rawa bakau yang ada di pesisir dapat menyimpan karbon 4 kali lebih besar jika dibandingkan dengan kemampuan hutan tropis. Hal yang paling menyedihkan adalah rawa bakau ini secara cepat hilang karena dikonversi untuk raklamasi pantai ataupun kebutuhan lainnya.

Akibatnya bahan organik yang terkumulasi di rawa bakau ini yang tadinya tergenang air setelah dikonversi akan melepaskan gas rumah kaca dalam jumlah yang sangat besar.

Demikian juga lahan gambut yang pembentukkan memerlukan waktu ribuan tahun secara pasti mulai lenyap karena dikonversi untuk keperluan lainnya.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa lahan gambut mampu menyimpan karbon dua kali lebih banyak dibandingkan dengan semua vegetasi yang ada di dunia ini.

Oleh sebab itu pelestarian lahan basah termasuk lahan gambut dimana Indonesia memilikinya dalam jumlah yang sangat besar dapat memberikan dampak signifikan terhadap penyelamatan bumi ini dari pemanasan global.

Peran lahan basah dalam mengurangi gas rumah kaca memang sangat besar. Menurut catatan hasil penelitian pengeringan lahan basah yang ada saat ini berperan sebasar 5% produksi gas rumah kaca global.

Oleh sebab itu tidak heran jika para peneliti lahan basah menyebutkan bahwa pelestarian lahan gambut yang masih ada di dunia termasuk Indonesia dapat berperan mengurangi sepertiga kenaikan suhu akibat pemasanan global ini.

Lahan basah dan rawa ternyata tidak saja berfungsi menyimpan karbon saja namun juga merupakan cadangan air dunia.

Jadi tidak heran jika banjir bandang yang akhir-akhir ini melanda dunia tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan iklim global saja namun juga diakibatkan karena pengeringan lahan basah yang berfungsi untuk menyimpan air sehingga fungsinya telah hilang.

Fungsi lain dari lahan basah ini adalah menjaga keanekaragaman hayati air tawar yang fungsinya sangat vital. Keanegaragaman hayati ini juga berfungsi untuk mempertahankan cadangan air permukaan dan air bawah tanah.

Secara fisik kita dapat melihat hutan bakau dapat melindungi pesisir dari gelombang dan angin yang menyebabkan abrasi pantai. Jika terjadi kebakaran hutan, lahan basah juga berfungsi untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan.

Kebakaran lahan gambut Indonesia yang terjadi beberapa tahun lalu menjadi perhatian dunia karena dampaknya yang sangat besar tidak saja bagi lingkungan namun juga bagi kesehatan manusia dalam skala yang sangat luas.

Hilangnya dan kebakaran lahan gambut Indonesia berdampak luas bagi kesehatan dan degradasi lingkungan. Photo: Kompas.com 
Hilangnya dan kebakaran lahan gambut Indonesia berdampak luas bagi kesehatan dan degradasi lingkungan. Photo: Kompas.com 

Para aktivis lingkungan kini sedang berusaha keras untuk melakukan regenerasi hutan bakau, memulihkan hutan rawa, dan upaya lainnya agar lahan basah yang hilang dengan kecepatan yang tinggi saat ini dapat dikurang lajunya dan dipulihkan kembali fungsinya.

Mengingat fungsinya yang sangat vital maka kebijakan yang menyangkut lahan basah tidak dapat diabaikan dan harus menjadi bagian dari upaya pengurangan pemanasan global bersama pelestarian hutan jika upaya pengurangan peningkatan suhu global ini ingin berhasil.

Pelestarian dan pemulihan fungsi lahan basah merupakan salah satu kunci keberhasilan pengurangan dampak pemanasan global.

Ayo jaga dan selamatkan lahan basah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun