Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siswa Ancam Guru, Luka Lama Dunia Pedidikan

11 Februari 2019   08:30 Diperbarui: 11 Februari 2019   08:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Radar Sukabumi

Dunia pendidkan kembali dihebohkan dan tercoreng dengan prilaku seorang murid SMP yang menantang gurunya.  Tidak hanya menantang sang murid yang sambil berbicara tidak jelas didukung oleh tawa murid lainnya itu memegang bahu sang guru dan juga tampak memegang krah baju.

Di lain pihak sudah banyak juga guru yang terseret hukum akibat dinilai mendidik anak dengan cara yang berlebihan dengan menghukum anak didiknya yang melanggar aturan. Kasus  guru  "menghukum" anak didik ini ada yang berujung di ranah hukum.

Marilah kira merenung sejenak dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi.  Miris sekali jika kita simak kembali anak yang konon ditegur karena merokok oleh guru "honorer" bagaimana guru diam saja diperlakukan oleh siswa tersebut secara tidak pantas dan melihat ketidak berdayaan guru yang marwahnya dilecehkan sekaligus ditertawakan oleh muridnya di dalam kelas.

Kalaulah  status guru tersebut adalah honorer apakah pentas mendapat perlakukan di luar batas norma ini?

Dua contoh kejadian di atas bukanlah kasus terisolasi, namun menunjukkan fenomena gunung es yang sedang terjadi di dunia pendidikan kita.  Guru yang zaman dulu demikian dihormatinya karena statusnya dan juga status sosialnya, kini marwahnya sudah tergerus  dan wibawanya sudah luluh lantak.

Jika dianalisa lebih dalam faktor ekonomi tampaknya berperan besar dalam hal ini.  Coba kita bayangkan kehidupan  seorang guru yang diberi honor Rp. 450.000 per bulan ini.  Sudah demikian rendahnya kah harga  seorang guru dengan penghargaan serendah tersebut?

Tidak heran di sekolah sekolah favorit sekalipun siswa banyak yang naik mobil mewah ke sekolah, sementara guru berjuang keras pergi ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Jadi tidak heran guru yang kemampuan ekonominya tergolong terengah engah ini terkadang dipandang sepandang mata oleh murid muridnya.

Siswa ibarat sebuah cangkir kosong, semua berpihak berharap agar gelas tersebut diisi sepenuh sepenuhnya di sekolah dan pada jam sekolah.  Banyak pihak yang berharap bahwa pendidikan itu seberapa jauh dapat dilaksanakan secara formal di sekolah saja.

Kita semua lupa bahwa jumlah jam di sekolah itu jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah jam yang dihabiskan oleh siswa di rumah.  Artinya peran orang tua dan keluarga sangat besar dalam memberi warna dan membentuk karakter dan tingkah laku siswa.

Kegagalan peran orang tua dan keluarga untuk turut mendidik anaknya sejak dini membuahkan prilaku yang tidak sesuai dengan norma.

Jadi jika ada siswa yang berpilaku seperti contoh di atas mestinya kita merenung dan introspeksi, apa yang sudah kita perbuat untuk mendidik anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun