Mohon tunggu...
roy simanjuntak
roy simanjuntak Mohon Tunggu... Konsultan

Hidup penuh semangat pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kritik Pedas Ahli Gizi untuk MBG: Masa Menunya Burger, Oh My God!

28 September 2025   00:03 Diperbarui: 28 September 2025   09:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medan, 27 September 2025

Dalam Rapat Bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, senin (22/9/2025), Tan menegaskan bahwa arah program ini justru bertentangan dengan edukasi gizi lantaran menu makanan instan. Ahli Gizi melontarkan kritik keras terhadap makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai gagal memenuhi tujuannya dengan: 

Memberikan menu makanan instan seperti burger, spageti, mie gacoan yang tidak cocok untuk kesehatan dan sumber daya manusia(SDM) Indonesia karena menggunakan bahan dasar tepung atau gandum yang tidak tumbuh dari lokal. Kritik ini diperkuat dengan penemuan menu berkualitas rendah, seperti " rasa karton" dan daging olahan tidak jelas, serta adanya praktik " kastanisasi " di mana menu berkualitas hanya dibagikan disekolah dekat pusat Jakarta sementara didaerah berbeda.

Dilema Menu Burger dan Spageti

1. Tidak Mendukung SDM Lokal: dr. Tan sang ahli gizi menyatakan bahwa menu berbasis tepung terigu dan gandum, seperti burger dan       spageti, tidak menguntungkan bagi sumber daya manusia Indonesia karena bahan bakunya tidak diproduksi didalam negeri.

2. Bertentangan dengan Edukasi Gizi: Program MGB justru memberikan makanan instan dan produk olahan ultra, yang bertentangan          dengan tujuan edukasi gizi yang seharusnya disampaikan kepada anak - anak.

Kualitas Menu yang Bervariasi dan Tidak Konsisten

Kastanisasi: Ditemukan perbedaan kualitas makanan yang dibagikan. sekolah yang dekat dengan pusat kota mendapat menu yang lebih berkualitas, misalnya chicken katsu sementara disekolah di daerah terpencil menerima menu dengan kualitas sangat rendah, bahkan digambarkan " rasa karton " & daging olahan Tidak Jelas: dr tan menyoroti penggunaan daging olahan yang kualitasnya dipertanyakan, yang menyebabkan rasanya seperti karton, bukan daging sehat dan bergizi.

" Oh My God ! - Slogan Kekhawatiran dr Tan

Kritik dr Tan memuncak dengan seruan " Oh My God "! saat membahas menu seperti burger dan spageti serta daging olahan yang dianggap tidak sesuai dengan tujuan MBG untuk meningkatkan gizi anak - anak. Dan beliau menekankan bahwa program ini seharusnya fokus pada pangan lokal yang lebih sesuai dengan kebutuhan gizi, bukan mengikuti permintaan anak - anak yang tidak sesuai prinsip gizi.

Mahal mana Spageti, Burger dengan Nasi telur dengan Sayur dan Tempe

Jika dilihat dari segi harga Spageti dan Burger memiliki harga yang lebih mahal dan merupakan makanan western bukan makanan pokok di Indonesia akan tetapi banyak dari anak - anak memang lebih menyukai spageti dan burger dibanding dengan makanan dengan nasi telur dengan sayur dan tempe.Sebenarnya program pusat sudah baik dan bisa dikatakan cukup baik tetap penyelenggara disetiap daerah atau pusat tidak menjalankan dengan benar.Sebaiknya Pemerintah Pusat dan Daerah harus menentukan Dapur secara terpisah dan Independen yang di awasi oleh pemerintah dengan ahli gizi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk membuat menu - menu yang sehat untuk anak -anak.

Pentingnya Memanfaatkan Pangan Lokal

Program pemerintah sebaiknya harus memperhatikan betul bagaimana memanfaatkan pangan lokal dan jika untuk penyedia makanan bergizi dikelolah pihak ketiga dan sebaiknya disampaikan menu- menu apa yang boleh dan tidak boleh. tidak perlu mahal tapi tidak bergizi, lebih baik murah tapi bukan murahan dan bernilai ada asupan gizi buat anak - anak.

Mengapa sampai terjadi pemberian makanan yang tidak direkomendasikan artinya pengawasan dan ahli gizi tidak dilibatkan, dan Kalaupun dilibatkan dan tetap masih menyalurkan dan mendistribusikan makanan yang tidak bergizi artinya terjadi yang namanya penyalahgunaan wewenang.

Program MGB seharusnya memanfaatkan pangan lokal, seperti ikan dan telur, yang lebih sesuai untuk mendukung kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia. dan Juga perlu di Ingatkan bahwa tujuan MBG adalah investasi jangka panjang untuk membangun SDM unggul. dan hal ini tidak akan tercapai dengan menyediakan makanan yang tidak bergizi dan tidak sesuai 

Untuk mendukung Program MBG: Baik yang dipusat kota dan didaerah - daerah terpencil pentingnya koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah bagaimana menyajikan menu makanan yang seharusnya di bagikan kepada anak - anak dan ada kriteria yang sama baik dipusat maupun daerah supaya seragam dan bila perlu menu senin sampai jumat dibuat berbeda supaya anak - anak bisa menikmati makanan sehat dan bergizi.

Ya, Sebaiknya makanan yang disajikan diberikan karbohidrat cukup nasi dan jangan diberikan spageti atau burger yang terbuat dari tepung dan sebaiknya lebih banyak lauknya dari ikan - ikanan supaya anak - anak mendapatkan sumber protein dan Omega - 3 sampai Omega - 9 yang bisa meningkatkan kecerdasan anak - anak.

Program pemerintah dengan adanya MBG Indonesia akan melahirkan penerus yang hebat dan berkualitas jika yang diberikan kemereka yang bergizi dan berkualitas, Pemerintah pusat sudah tepat memiliki Program ini dan seharusnya dijalan dengan tepat sasaran sehingga Indonesia menjadi Negara yang menghasilkan Generasi Penerus yang sehat secara Jasmani dan Rohani sehingga menghasilkan bibit - bibit unggul untuk memimpin bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.

Kritik pedas dari ahli gizi yang mencoba menyampaikan suara untuk segera memperbaiki apa yang sudah terjadi sangatlah tepat untuk tujuannya adalah supaya anak - anak Indonesia yang membutuhkan Gizi yang baik dapat menerimanya melalui Program Gratis yang dibuat oleh Pemerintah dan ini sangat membantu bagi anak - anak yang kurang mampu didaerah terpencil untuk mendapatkan makanan bergizi gratis. Mari mendukung program pemerintah ini untuk mencapai kesejahteraan anak - anak bangsa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun