Mohon tunggu...
Roy Rahcmad Juniansyah
Roy Rahcmad Juniansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu

Yakinkan barisan dengan harapan, usahakan nyata dengan tindakan, pastikan sampai pada tujuan. Serta tak lupa perkuat iman, ilmu, dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Plato dalam memandang "diskusi", " perkelahian", serta "opini".

24 Maret 2025   07:30 Diperbarui: 30 Mei 2025   20:07 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Plato dalam suatu momen menyatakan bahwa "Diskusi adalah pertukaran pengetahuan, perkelahian adalah pertengkaran ketidaktahuan, dan opini adalah titik tengah antara pengetahuan dan ketidaktahuan". Kalimat tersebut mengandung pemahaman mendalam tentang bagaimana cara kita berinteraksi dengan ide-ide dan dunia di sekitar kita. 

Diskusi yang sehat memerlukan komunikasi sebagai instrumennya. Didalam diskusi terjadi proses pertukaran pengetahuan melalui komunikasi yang efektif. Kunci dari sebuah diskusi yang sehat adalah penekanan terhadap ego. Layaknya dua petani yang saling bertukar benih dari tanaman yang berbeda, diskusi memungkinkan kita untuk menanam dan menyuburkan pemahaman-pemahaman baru. Dengan terbuka terhadap pemikiran orang lain, umpama kita memperkaya komoditas di kebun pemikiran kita sendiri yang akan menghasilkan buah-buah kebijaksanaan yang beragam. 

Plato menyebutkan bahwa perkelahian adalah bentuk daripada pertengkaran yang digerakkan oleh ketidaktahuan, dimana setiap pihak lebih mementingkan ego dan emosi daripada memahami sebuah kebenaran. Berbeda dengan diskusi yang bertujuan mencari kebenaran, perkelahian lebih banyak digerakkan oleh ego untuk merasa menang, bukan untuk memahami dan menggapai kebenaran. Seperti dua orang yang terperangkap dalam goa gelap, alih-alih bekerja sama untuk mencari jalan keluar, mereka justru saling sikut dalam upaya bersaing untuk membuktikan siapa yang lebih hebat dan dapat keluar lebih dulu dari dalam goa. Dalam proses ini, mereka tetap berada dalam kegelapan serta gagal dalam menemukan cahaya pengetahuan yang dapat memandu mereka keluar. Oleh karena itu, untuk menghindari perkelahian, seseorang harus memiliki sifat inklusif serta toleran terhadap perbedaan pendapat serta pandangan orang lain.

Sementara itu, menurut Plato, opini adalah posisi ditengah-tengah antara pengetahuan dan ketidaktahuan.  Ini berarti opini selangkah lebih maju dari ketidaktahuan, tetapi juga belum mencapai kebenaran yang hakiki. Opini sering kali didapatkan seseorang melalui pengalaman dan intuisi yang membuatnya bersifat subjektif. Bayangkan seseorang melihat gunung dari kejauhan. Ia beropini bahwa gunung itu kecil dan mudah didaki. Namun, jika ia mendekat dan mulai mendaki, ia akan menemukan realita bahwa gunung tersebut jauh lebih besar dan lebih sulit daripada yang ia bayangkan pada awalnya.  Inilah sifat daripada opini, ia bisa menjadi titik awal menuju pengetahuan yang lebih mendalam, tetapi juga bisa menyesatkan apabila tidak diverifikasi oleh kebenaran. Plato mengajak kita untuk tidak terhenti pada tahap opini, tetapi jadikan ia sebagai batu loncatan menuju pengetahuan yang sejati. 

Pada hakikatnya, plato mencoba mengingatkan kita akan nilai dari sebuah diskusi sebagai sarana untuk memperkaya pengetahuan dan memperluas pemahaman, tak luput Plato juga memperingatkan bahaya dari membiarkan ketidaktahuan  mengubah diskusi menjadi perkelahian. Dengan kata lain, pernyataan Plato adalah panggilan untuk selalu mencari kebenaran dengan rendah hati, untuk menghargai kekuatan dari diskusi yang sehat dan untuk menyadari bahwa dalam setiap opini, ada perjalanan dari ketidaktahuan menuju pengetahuan yang harus kita tempuh. Ini adalah panggilan untuk menerangi jalan kita dengan cahaya kebijaksanaan, daripada tersesat dalam kegelapan konflik dan ketidaktahuan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun