Mohon tunggu...
Roy Oktoryanto
Roy Oktoryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

"Puisiku, puisi-puisi tentang sekelumit perjalanan lara"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi || Sebuah Seni Melukai

6 Juni 2020   11:36 Diperbarui: 6 Juni 2020   11:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku rapuh,
Raga kaku terpaku malu pada senyum di bibir rayu,
Aku payah,
Menikmati waktu sebagai pengagum sedang bukan milikku sejati,
Aku jatuh ke hati yang dimiliki hati lain
Mencintai diam tanpa memeluk dekapan

     Kadang cinta sebodoh itu,
Mengagumi dengan bijaksana
Melukai secara sengaja
Menggeluti sebagai hobi
Lalu beranggapan pemenang dalam fiksi

     Aku mampu menulismu dalam satu tumpukan kertas buku,
Meski tanpa mendekap raga atau memeluk cinta
Tak masalah, asal buku itu kau baca,
Aku pun mampu melukiskanmu pada kanvas langit,
Sedang aku tahu, kau akan berakhir asing
Tak apa, asal kau melihatnya.

     Sebenarnya, aku benci waktu yang hadirkan jarak, saat temu membatasi rindu,
Walau sebatas pemuja, itu tak adil.
Sama halnya, aku tak suka awan menjanjikan hujan saat mendung masih jauh,
Sebab kepastian akan lebih dulu dipeluk angan sebelum kenyataan

 Jadi tentang mu,
Biarkan aku melukisnya pada kanvas kosong yang semu,
Tanpa mesti menikmati peluk,
Ya, cukup sebatas itu. 

                                                         

                                                                __Denpasar, 03 Mei 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun