Mohon tunggu...
Roy Gunawan
Roy Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jangan protes dalam proses, banyak belajar dari kesalahan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kisah Nyata di Balik Peran Baru: Bagaimana Rasanya Menjadi Bapak Rumah Tangga?

14 Oktober 2025   12:10 Diperbarui: 14 Oktober 2025   12:10 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi menjadi ayah: sumber stocksnap

Sebagai seseorang yang belum menikah, saya sering berpikir tentang bagaimana rasanya menjalani kehidupan rumah tangga. Selama ini, kita terbiasa melihat suami bekerja di luar rumah, sementara istri mengurus rumah dan anak-anak. Namun, dunia sudah berubah. Kini semakin banyak laki-laki yang memilih atau terpaksa menjadi bapak rumah tangga  mereka yang tinggal di rumah untuk mengurus keluarga, sementara istrinya bekerja di luar.

Saya pribadi penasaran: bagaimana rasanya berada di posisi itu? Apakah membanggakan, melelahkan, atau justru membingungkan? Dari beberapa cerita yang saya dengar dan baca, ternyata peran ini jauh lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan.


Menjadi bapak rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Berdasarkan cerita dari beberapa teman dan artikel yang saya baca, banyak pria awalnya merasa canggung bahkan malu. Mereka tumbuh dalam budaya yang menganggap laki-laki harus menjadi pencari nafkah utama. Jadi ketika keadaan berbalik  istri bekerja dan suami di rumah  sering muncul pergulatan batin antara tanggung jawab dan ego.

Namun, di sisi lain, banyak juga yang menemukan makna baru dalam peran itu. Seorang kenalan saya bercerita bagaimana ia merasa lebih dekat dengan anak-anaknya setelah menjadi bapak rumah tangga. Ia menyaksikan tumbuh kembang mereka setiap hari, dari hal kecil seperti memberi makan hingga menenangkan mereka saat menangis. Dari situ, ia menyadari bahwa menjadi kepala keluarga bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga tentang kehadiran.

Saya juga belajar bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak sesederhana yang terlihat. Mencuci, memasak, membersihkan, mengatur jadwal anak, dan memastikan rumah tetap nyaman  semua itu menuntut kesabaran dan ketelitian. Dari luar, mungkin tampak sederhana, tapi sebenarnya memerlukan tenaga, waktu, dan dedikasi besar.

Menariknya, di zaman sekarang, peran ini mulai lebih diterima. Banyak orang mulai menyadari bahwa menjadi bapak rumah tangga bukanlah tanda kelemahan, tetapi bentuk tanggung jawab dan kasih sayang yang nyata. Bagi saya, hal ini menunjukkan bahwa pembagian peran dalam keluarga seharusnya bukan berdasarkan jenis kelamin, tetapi berdasarkan kemampuan, situasi, dan kesepakatan bersama.

Kesimpulan

Meski saya belum menikah, membayangkan diri menjadi bapak rumah tangga membuat saya lebih menghargai arti peran dalam keluarga. Menjadi suami atau istri bukan soal siapa yang bekerja di luar rumah, tapi bagaimana keduanya saling mendukung dan berkorban demi kesejahteraan bersama.

Peran bapak rumah tangga mungkin belum umum di sebagian masyarakat, tapi seiring waktu, pandangan itu akan berubah. Yang terpenting bukan siapa yang "bekerja lebih keras", melainkan siapa yang "mencintai lebih tulus." Dan mungkin, ketika saya menikah nanti, saya akan lebih siap menghargai dan memahami setiap bentuk tanggung jawab yang ada dalam rumah tangga baik di dapur, di kantor, maupun di hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun