Di balik kebisingan kota besar, jauh di pesisir barat Sumatera, tersembunyi sebuah sekolah yang menjadi kebanggaan masyarakat Mentawai khususnya Sipora Selatan, SMA Negeri 1 Sipora. Sekolah ini bukan hanya tempat belajar biasa, tetapi juga ladang mimpi bagi banyak anak muda di pulau ini. Dari ruang-ruang kelas sederhana dan lapangan berdebu, lahirlah semangat juang yang tak kalah besar dari mereka yang dibesarkan di kota-kota besar.
Kini, SMA Negeri 1 Sipora patut berbangga. Beberapa putra terbaiknya Primus, Sarto, Jasca, dan Ripaldo telah membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Mereka kini mengenakan seragam loreng, menjadi tentara Republik Indonesia, menjaga kedaulatan negeri dari ujung perbatasan hingga pelosok Nusantara. Kisah mereka bukan sekadar kebanggaan sekolah, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda Mentawai.
Primus, Sarto, Jasca, dan Ripaldo dulunya adalah siswa biasa. Mereka berlari di lapangan yang sama, duduk di kelas-kelas yang sama, dan menulis mimpi-mimpi mereka dalam diam. Tidak semua orang percaya bahwa anak dari daerah terpencil seperti Sipora bisa menjadi tentara. Tapi justru dari keterbatasan itulah mereka ditempa.
Primus, dikenal sebagai sosok disiplin sejak duduk di bangku kelas X. Ia kerap datang lebih pagi dari guru, membawa buku catatan kecil berisi jadwal latihan fisik yang ia buat sendiri.Â
Sarto, dengan pembawaannya yang tenang, sering membantu teman yang kesulitan belajar dan diam-diam melatih push-up setiap pagi sebelum sekolah dimulai.Â
Jasca, anak nelayan yang tangguh, sudah terbiasa bangun subuh dan membantu orang tua sebelum berangkat sekolah.
 Sedangkan Ripaldo, penuh semangat dan tak pernah mengeluh, selalu berkata, "Saya ingin jaga Indonesia dari ujung ke ujung."