Di tengah kesibukan pada masa libur  di STT Ekumene Medan, kami dari mahasiswa sedikit iseng menemukan cara unik untuk mengisi waktu luang kami. Yaitu dengan membuat grup "3 Serangkai Detektif Pencari judul artikel Kompasiana yang tidak masuk akal di STT Ekumene Medan. Ini bukan untuk membongkar kasus kriminal, tapi untuk menyelidiki satu fenomena yang cukup menggelitik: menjamurnya judul-judul artikel Kompasiana yang terdengar aneh, absurd, atau bahkan tidak nyambung dengan isi tulisan.Â
Apa motif di balik judul-judul tak masuk akal ini? Apakah hanya demi klik dan sensasi? Atau justru ada pesan tersembunyi di balik kekacauan kata-kata itu? Dengan semangat investigasi dan canda tawa, kami 3 serangkai ini menelusuri fenomena ini sebagai cermin dari budaya literasi digital mahasiswa zaman sekarang.
Semua berawal dari pertemuan menti dan mentor di ruang Aula lantai 2 asrama putra STT Ekumene Medan. Salah satu dari kami yaitu kak Habel sedang scroll-scroll Kompasiana dan mendadak terdiam. Ia membaca sebuah judul artikel yang sedikit tak masuk akal dan kami seketika berkumpul dan tertawa. Dari situlah muncul ide: gimana kalau kita jadi detektif? Tapi bukan detektif biasa, melainkan detektif pencari judul artikel Kompasiana yang bikin alis terangkat sebelah?
Akhirnya terbentuklah grup 3 Serangkai Detektif: Detektif Habel (si pengamat jeli), Detektif Roy (si komentator tajam), dan Detektif Juni Arman (si pencari koneksi absurd). Tugas kami sederhana: setiap hari, masing-masing harus mengirim minimal satu tangkapan layar judul Kompasiana yang "tidak masuk akal" ke grup. Batasannya? Judul yang bikin mikir dua kali, ngakak sendiri, atau bahkan mempertanyakan: penulisnya lagi ngelamun waktu nulis judul ya?
Kami tidak hanya tertawa, tapi juga mulai menganalisis. Ternyata, banyak penulis di Kompasiana menggunakan judul-judul "asal-asalan" untuk menarik klik, membangkitkan rasa penasaran, atau membungkus isi artikel yang sebenarnya serius dengan gaya humor. Sebagian berhasil. Sebagian lagi malah bikin pembaca kabur sebelum paragraf kedua.
Dari sinilah kami belajar satu hal penting: judul artikel adalah pintu utama ke sebuah tulisan. Ia bisa memancing rasa ingin tahu, tapi juga bisa menyesatkan jika terlalu clickbait. Kami akhirnya menyusun Kode Etik Detektif Judul Tak Masuk Akal, seperti:
1. Hormati niat penulis, tapi tetap kritis.
2. Tertawa boleh, merendahkan jangan.
3. Coba cari makna di balik keabsurdan.
4. Ambil pelajaran literasi digital dari setiap contoh.
Di luar semua keisengan ini, kami sadar bahwa apa yang kami lakukan sebenarnya merupakan refleksi dari tantangan literasi zaman sekarang. Banyak orang menulis demi viral, bukan demi nilai. Banyak yang membaca tanpa menyelami isi. Kami ingin jadi pembaca yang bukan cuma "kepo", tapi juga kritis dan kreatif.
Misi kami belum selesai. Masih banyak judul-judul misterius yang menanti untuk diungkap. Kalau kalian menemukan yang aneh-aneh juga, kirim ke kami. Siapa tahu kalian bisa jadi Detektif Kehormatan 3 Serangkai berikutnya!
Kesimpulan:
Apa yang berawal dari keisengan di tengah masa libur justru membawa kami pada refleksi yang lebih dalam tentang budaya literasi digital saat ini. Lewat grup "3 Serangkai Detektif Judul Tak Masuk Akal", kami tidak hanya tertawa bersama, tetapi juga belajar memahami pentingnya judul dalam sebuah tulisan, serta bagaimana pembaca dan penulis seharusnya berinteraksi secara lebih kritis dan cerdas. Di tengah menjamurnya konten yang hanya mengejar klik dan viralitas, kami ingin hadir sebagai pembaca yang tidak sekadar iseng, tetapi juga tajam dalam menganalisis dan terbuka dalam memaknai. Ini bukan sekadar tentang mencari judul aneh, tapi tentang membangun kesadaran akan pentingnya kualitas literasi di era digital. Dan petualangan kami belum berakhir masih banyak "kasus judul" yang menanti untuk diselidiki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI