Kau duduk di pinggir peraduanmu
Dengan kepala tertunduk menatap bantal di pangkuanmu
Lirih terdengar suaramu berbisik lambat
Sambil jari jemarimu mulai menyatu, badanmu pun mulai bergoncang hebat
Satu persatu nama yang tak asing kau sebut
Dan tetesan kristal mulai membasahi pipimu lembut
Bibirmu bergetar setiap kau sebut anak-anakmu
Patutkah air matamu meluap karna anak-anakmu
Setiap malam kudengar, namaku kau sebut
Setiap malam juga air matamu meluap
Sudahlah ibu, jangan biarkan air matamu meluap berlarut-larut
Izinkan aku yang menggantikan setiap tetes air matamu
Patutkah air matamu meluap terus menerus ibu?
Apakah itu air mata bahagia atau kepedihan?
Janganlah kau teteskan air matamu kalau aku melukai perasaanmu Ibu
Biarlah air mata bahagia yang kau curahkan
By Roy Dabut
Medan, 19 Jul 2020