Kapal layar Minang bukan sekadar alat transportasi; ia adalah simbol kebebasan, ketekunan, dan keterbukaan terhadap dunia luar. Di tengah upaya Indonesia menghidupkan kembali kejayaan maritim, mengingat pelayaran Minang berarti mengingat jati diri bangsa Nusantara sebagai bangsa pelaut.
 Referensi :Â
Manguin, P.-Y. (1993). The Southeast Asian Ship: An Historical Approach. Journal of Southeast Asian Studies, 24(2), 266--280.
-
Kathirithamby-Wells, J. (1977). The British West Sumatran Presidency, 1760--85: Problems of Early Colonial Enterprise. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Horridge, A. (1981). The Prahu: Traditional Sailing Boat of Indonesia. Singapore: Oxford University Press.
Lapian, A. B. (2009). Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.
Dobbin, C. (1983). Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy: Central Sumatra, 1784--1847. Curzon Press.
Andaya, L. (2017). Oceanic Networks and Maritime Frontiers in Southeast Asia. Leiden University Press.
Kato, T. (1978). Change and Continuity in the Minangkabau Village. Cornell University Press.
Abdullah, T. (2009). Adat dan Islam di Minangkabau: Sebuah Tinjauan Historis. Jakarta: UI Press
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI