Mendadak ikon gambar hitam dengan keterangan "Black Live Matters" menghiasi media sosial di Indonesia sebagai bentuk respons atas kasus rasisme yang terjadi di negeri nun jauh di barat sana. Mendadak pula banyak pengguna media sosial dari etnis tertentu di Indonesia yang menempatkan dirinya sebagai korban rasisme di negeri ini, hingga mengaitkan jauh pada sebuah peristiwa kerusuhan yang pernah terjadi di Indonesia.
Kalau banyak pihak hanya menempatkan dirinya sebagai korban, tanpa pernah mengevaluasi diri sendiri (apakah pernah menjadi pelaku rasisme) dan berusaha untuk berproses menjadi lebih baik sebagai generasi penerus bangsa, maka mata rantai kebodohan yang ada tak akan pernah putus dari generasi ke generasi.
Bagi saya pribadi, apabila harus menempatkan diri sebagai korban rasisme, mungkin ikon gambar hitam dengan keterangan serupa di dalamnya, sudah bisa saya buat sejak masih remaja (beruntung kala itu tak ada media sosial, sehingga sebagai remaja yang masih labil tak perlu mencurahkan isi hatinya di media sosial tentang bentuk-bentuk perlakuan rasis yang dialaminya), tanpa harus menunggu sekarang setelah peristiwa kerusuhan akibat perlakuan rasis yang sedang terjadi di negeri nun jauh di barat sana.
Kalau mau jujur, saya yang berkulit hitam (baca: suku Ambon yang dikenal dengan hitam manis) ini, sejak remaja telah berulang kali mendapatkan perlakuan rasis dari mereka yang berasal dari etnis tertentu dengan warna kulit yang berbeda. Tanpa disadari, rasisme yang terjadi di negeri nan jauh di barat sana, sebenarnya sejak lama pula (rasisme terselubung) telah menimpa mereka yang berkulit gelap (hitam dan sawo matang) di negeri kita tercinta ini.
Celakanya, buah hati kami yang mungkin belum mengetahui warna kulitnya sendiri pun pernah mendapat perlakuan rasis dari etnis tertentu yang warna kulitnya berbeda: bit.ly/2RvlCok. Namun, pilihan ada di tangan kami sebagai orang tua, mau menghentikan kebodohan yang ada, atau membiarkan kebodohan makin merajalela. Mari dimulai dari generasi ini, kita putuskan mata rantai kebodohan yang telah tercipta!
Kota Surabaya, 7 Mei 2020
RAS