Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanamkan Ramah Disabilitas Sejak Dini

3 Desember 2018   13:04 Diperbarui: 3 Desember 2018   13:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompleks Gedung BKKKS Provinsi Jawa Timur (2/12/2018: Dokpri)

Banyak hal yang membuat saya bersukacita saat berada di tengah-tengah komunitas (olahraga) disabilitas, namun ada bagian yang menyedihkan dijumpai saat berada di dalamnya. Bagian yang menyedihkan justru datangnya bukan dari dalam komunitas (olahraga) disabilitas itu sendiri, melainkan respons yang ditimbulkan atau motivasi yang dimiliki oleh pihak lain saat sedang berinteraksi dengan komunitas (olahraga) disabilitas.

Belum lama ini saya merasakan kesedihan itu, saat mendampingi salah satu komunitas (olahraga) disabilitas dalam sebuah kesempatan untuk diwawancarai oleh kerabat kerja (kru/crew) dari sebuah stasiun televisi, ada bagian yang tampak menggelikan di luar wawancara yang sedang berlangsung.

Sedih sekali saat harus menyaksikan bahasa tubuh (gesture) yang ditampilkan oleh salah satu pewawancara yang seolah menganggap segolongan dari kami merupakan penyakit atau kuman yang perlu diwaspadai. Hal ini tampak dari antiseptik berbentuk jelly yang selalu digunakan berulang kali setelah bersentuhan, serta dibumbui dengan gesture-gesture yang menggelikan.

Bagian lain yang tak kalah menyedihkan, dalam sebuah komunitas yang berbeda, kesedihan itu sering dipicu oleh pihak lain yang menghampiri komunitas (olahraga) disabilitas dengan motivasi beraroma tak sedap, kental sekali tendensi yang dimiliki untuk menjadikan komunitas (olahraga) disabilitas sebagai bahan komoditas---bak sapi perah yang dieksploitasi dengan begitu kejamnya---yang akan mendatangkan keuntungan yang menggiurkan.

Kesedihan semacam itulah yang sering menyadarkan diri ini, untuk terus melihat hingga dasar kedalaman hati: Masih murnikah motivasi yang dimiliki? Mungkin tanpa disadari, meski telah lama meleburkan diri dalam komunitas (olahraga) disabilitas, ternyata masih ada sampah busuk yang tersimpan dalam hati. Sungguh mengerikan saat membayangkan bahwa ternyata ada bangkai yang terkubur rapi dalam hati, dan suatu saat akan bangkit dengan aroma busuknya yang begitu kuat.

Dari kesedihan yang sama pula, diri ini terus disadarkan bahwa untuk bisa memiliki keramahan---baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan (KBBI, 2018)---terhadap disabilitas, bukanlah sebuah proses sehari, setahun atau bahkan sepuluh tahun, melainkan sebuah proses seumur hidup.

Keramahan ini pula yang coba kami (saya dan istri) tanamkan sejak dini dalam diri buah hati kami, hingga kelak segala sesuatu yang berhubungan dengan disabilitas, tak takut untuk diimajinasikannya, tak takut untuk dikerjakannya, tak takut untuk memiliki pandangan bahwa apa yang baik, bahkan "Yang Sakral" sekalipun, tak harus dilekatkan dengan apa "Yang Normal."

Bentuk nyata dari kami sebagai orang tua untuk menanamkan ramah disabilitas sejak dini bagi buah hati kami yaitu dengan cara mengajaknya turut serta menghadiri Peringatan Hari Disabilitas Internasional yang kemarin (2/12/2018) diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Provinsi Jawa Timur di Kompleks Gedung Yayasan BKKKS Provinsi Jawa Timur, dan dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih, Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc.

Pada momen ini kami mengajak buah hati kami untuk berbaur dengan sahabat-sahabat disabilitas, dalam usianya yang baru menginjak 20 (dua puluh) bulan, kami memulai pengajaran dari hal yang sederhana yaitu memberikannya teladan untuk tidak perlu takut kepada mereka yang berbeda (disabilitas)---termasuk kelak kami akan mengajarkan untuk tidak perlu takut kepada mereka yang berbeda agama, berbeda kebudayaan, berbeda pandangan politik, bahkan berbeda orientasi seksual.

Berbeda bukanlah sebuah kebetulan. Berbeda raga, berbeda irama dan berbeda rasa merupakan sebuah keindahan. Sang Pemilik Kehidupan yang telah mengizinkan segala yang berbeda itu digerakan bersama-sama hingga menghasilkan sebuah tarian kehidupan yang indah.

Selamat Hari Disabilitas Internasional, dan dalam konteks nasional sesuai tema yang diangkat pada tahun ini yaitu selamat menjadi Indonesia Inklusi dan Ramah Disabilitas.

Kota Surabaya, 3 Desember 2018

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun