Di era yang semakin canggih dan apapun dapat di akses melalui handphone beberapa orang memilihnya sebagi penyebar berita, beberapa orang menggunakan sebagai mata pencarian, di lain sisi sebagai alat menyimpan data, menyimpan uang, bermain game dan sesuai kebutuhan dan pola pikir penggunanya.
Ketika kita sekolah tentu menulis surat melalui kertas dan pena, tetapi tidak, di era sekarang manusia memilih untuk meminta panggilan via jejaring sosial, bagi yang teramat sibuk dan mungkin lupa bisa di maklumi tetapi bagi yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga mungkin ini bukan perkara yang sulit, karena di zaman modern seperti saat ini manusia sudah bisa membaca dan menulis. Saya ingin berbagi cerita beberapa tahun yang lalu saya tiba-tiba di undang reuni oleh kawan Sekolah MI (setara SD) padahal sebelumnya sekalipun saya tidak pernah di undang dalam rangka reuni oleh teman saya, entah alasan apa mungkin ada catatan hitam di mata mereka, saya tidak tahu. Saya adalah korban bulliying pada masa itu, karena ke unikan saya, karena sikap saya menolak ketidak adilan yang saya alami semasa MI. Saya di undang dan saat itu saya tiba-tiba di masukkan ke dalam group WA, saya kaget namun menanggapinya cukup baik meskipun awalnya agak sedikit minder, karena mereka teman-teman saya beberapa menjadi guru, hanya mereka kurang ramah terhadap teman.
Baiklah saya merespon dan menerima undangan dengan beberapa acara seperti tukar kado, saya memilih membeli kado terbaik untuk teman saya dalam acara tukar kado yang nantinya di adakan dalam rangka reuni sekolah tetapi apa yang terjadi saat ketika sampai di sana mereka membatalkan acara tukar kado tersebut, tanpa konfirmasi di group WA, baiklah tidak apa-apa saya berikan kado saya kepada penanggung jawab panitia penyelenggara yang menyediakan tempat reuni yang akan berlangsung, agar kado saya di berikan kepada guru yang akan hadir di reuni nanti. Karena saya mendengar ada juga guru yang akan hadir di acara reuni tersebut, saat acara datang ada teman lama yang terlambat memasuki ruang acara sambil menggendong anak dan seorang anak lagi berdiri di sampingnya, secara tiba-tiba hati saya tersentuh dan menangis tiada henti, karena mengingat ayahnya yang seorang kepala sekolah pernah menjemput saya saat les bahasa inggris karena ketika itu saya tidak ingin berangkat les karena takut di bully, namun oleh bapak Sekolah saya di jemput dan diantar sampai di depan ruang kelas, pada saat reuni seisi ruangan tahu saya sedang menangis namun mereka teman-teman saya tidak ada satu pun yang menghiraukan dan menanyakan kenapa saya menangis? padahal mereka semua statusnya menjadi seorang ibu dan ayah sungguh terlalu, apakah mereka ingin mempermalukan atau ingin menjebak saya, saya tidak tahu, saya benar-benar kecewa, dan ada kejanggalan di saat itu teman laki-laki yang jadi panitia reuni tersebut tidak hadir padahal merekalah yang selama ini sering memusuhi saya, yang hadir hanya 4 sampai lima orang laki-laki yang lain asyik bicara di wa, berapa lembar tisu yang sudah saya habiskan untuk menghentikan air mata saya, hingga akhirnya saya kapok dan enggan untuk ikut dalam rangka reuni ini, dan dengan ini pun saya tidak pernah di undang lagi dan mungkin juga sudah tiada reuni atau bahkan tidak mengundang saya.
Dari kisah ini dan dari beberapa kisah lain yang saya baca di media sosial bahwa reuni sekolah juga berdampak pada perselingkuhan terhadap kawan, yakni kawan lama yang tak pernah berjumpa yang pada kesempatan itu bertemu dan mengobrol dapat memicu obrolan dan pertukaran nomer handphone yang akhirnya tumbuh cinta yang dahulu belum berlanjut semasa remaja bisa berlanjut kembali setelah berjumpa kembali. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa tidak semua kawan itu berarti bagi kita dan tidak semua kawan itu mengerti perasaan kita. Mari tanamkan pada diri kita untuk mencintai keluarga, saudara, dari pada orang lain agar tercipta empaty didalam hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI