Mohon tunggu...
rossaline friencesca
rossaline friencesca Mohon Tunggu... mahasiswa

Hantu peraih impian memang nyata adanya tetapi tak apa berdamailah dengan diri tuk berproses meraih mimpi yang tinggi :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Odong-odong Jadi Ambulans: Potret Solidaritas di Tengah Krisis dan Cermin Psikologi Sosial Kita

15 Oktober 2025   10:25 Diperbarui: 15 Oktober 2025   10:43 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: Ilustrasi sopir odong-odong mengantar pasien ke rumah sakit. Potret solidaritas ditengah krisis dan cermin psikologi sosial kita 

yang satu melihatnya sebagai "data kasus", yang lain sebagai "derita manusia". Inilah yang menjelaskan mengapa empati publik sering kali lebih cepat muncul dari bawah ketimbang dari atas. Makin tinggi jarak psikologis, makin abstrak pula tanggapan kebijakan---dan makin lemah rasa tanggung jawab moral.

Refleksi: Dari Empati ke Aksi Nyata

Fenomena ini tidak boleh berhenti sebagai tontonan viral. Ia harus menjadi seruan moral bagi dua pihak:
- Bagi masyarakat, agar terus menumbuhkan empati sosial tanpa menunggu krisis.
- Bagi pemerintah, agar menjadikan solidaritas warga sebagai alarm sosial --- tanda bahwa sistem formal sedang gagal memenuhi fungsi dasarnya.

Odong-odong mungkin bukan ambulans, tapi hari itu ia membawa lebih dari sekadar tubuh seorang pasien. Ia membawa pesan tentang kemanusiaan, tentang bagaimana warga biasa mampu menjadi luar biasa ketika negara diam.

Beberapa teori ini, bila dirangkai bersama, menampilkan potret utuh psikologi sosial masyarakat kita.  Manusia pada dasarnya ingin diterima (Need-to-Belong), berusaha mencari makna dan penyebab peristiwa (Attribution), merespons emosi negatif secara spontan (Cognitive Neoassociation), dan memahami dunia sesuai jarak psikologisnya (Construal Level). Fenomena odong-odong bukan hanya soal ironi sosial, tapi juga panggilan untuk merekatkan kembali empati yang tercerai-berai.

Masyarakat tidak sekedar butuh sistem kesehatan yang efisien, tetapi juga sistem sosial yang manusiawi yang mampu mengurangi jarak, menumbuhkan rasa memiliki, dan mengarahkan kemarahan menjadi aksi kolektif yang bermakna. Sebab di balik setiap odong-odong yang membawa pasien, ada cermin tentang siapa kita sebenarnya sebagai manusia sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun