Mohon tunggu...
Suri Aini Iswarani
Suri Aini Iswarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan yang sedang belajar menulis. Pencatat drama hidup, dan bereksperimen lewat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kenapa Menyimak Penting untuk Bicara, dan Membaca Perlu untuk Menulis?

6 Oktober 2025   13:45 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pada akhirnya, kemampuan bahasa kita ibarat cermin: sejauh apa kita mau menyimak dan membaca, sejauh itu pula kualitas bicara dan tulisan kita terbentuk. Jadi, kalau ingin berbicara lebih jernih atau menulis lebih hidup, mulailah dari satu hal sederhana---belajar mendengar dan rajin membaca.

Tulisan ini awalnya saya susun untuk kebutuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, lalu saya bagikan kembali di sini dengan harapan bisa bermanfaat lebih luas.

 

Menurut saya, dua pasangan keterampilan berbahasa ini : menyimak dan berbicara; serta membaca dan menulis, berkaitan satu sama lain dan saling menghidupi.

1. Menyimak dan Berbicara (dua komunikasi berbahasa lisan)

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa menyimak dan berbicara adalah kemampuan berbahasa berbasis lisan. Jika menyimak adalah input, maka berbicara adalah output. Tarigan (2015) menjelaskan jika menyimak adalah kemampuan reseptif dan berbicara adalah kemampuan produktif.

Menyimak dan mendengarkan memang sama-sama menggunakan panca indera yang sama, yaitu telinga. Namun, mendengarkan tidak selalu berarti menyimak, karena menyimak membutuhkan pemahaman, perhatian penuh, apresiasi dan interpretasi terhadap apa yang diucapkan oleh orang lain (Tarigan, 2015). Dengan kata lain, menyimak menuntut aktivitas mental yang lebih kompleks ketimbang sekedar mendengar.

Begitu halnya dengan berbicara. Melalui berbicara, seseorang dapat menyampaikan informasi, pikiran dan perasaannya kepada lawan bicaranya. Seperti dalam BMP Bahasa Indonesia, Suhendar (1992: 20) mendefinisikan berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasan menjadu ujaran.

Meskipun sekilas semua orang dapat berbicara, tapi kualitas berbicara yang baik dan benar itu tergantung pada seberapa banyak dan seberapa baik ia menyimak. Semakin kaya pengalaman seseorang menyimak, baik dalam konteks percakapan, diskusi, atau pidato, kosa kata dan struktur bahasa seseorang akan semakin baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Brown (2001), yang mengatakan jika keterampilan menyimak merupakan fondasi bagi keterampilan berbicara. Karena pada dasarnya, input bahasa menentukan kualitas output-nya.

Sebagai contoh, seseorang yang suka dan sering menyimak podcast, berita, atau diskusi dengan penuh perhatian biasanya memiliki kosa kata yang lebih kaya dan gaya bicara yang lebih terstruktur. Atau mahasiswa yang terbiasa mendengar debat public akan lebih lancar berbicara saat menyampaikan argument karena ia terbiasa menangkpa pola bahasa, intonasi, dan cara menyusun logika dari apa yang ia simak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun