Mohon tunggu...
Rosiana Putri
Rosiana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Payung Geulis Karya Utama: Menjaga Warisan Penggerak Ekonomi

9 Mei 2025   19:57 Diperbarui: 9 Mei 2025   19:57 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerajinan Payung Geulis hasil lukisan kelompok kami

Tantangan utama yang dihadapi Payung Geulis Karya Utama ini adalah kurangnya generasi pelukis muda saat ini, sebagian pelukis sudah berusia dan sulit menemukan penerus. Selain itu, tantangan dalam dunia digital seperti keterbatasan pemahaman algoritma media sosial juga menjadi hambatan. Untuk pasar ekspor, meskipun ada minat dari luar negeri, proses ekspor langsung memerlukan biaya dan perizinan yang tidak sedikit, sehingga Karya Utama memilih bekerja sama dengan eksportir (pihak kedua) untuk menghindari risiko kerugian. Tantangan usaha Payung Geulis juga pernah muncul ketika pasar bebas mulai masuk ke Indonesia, yang ditandai dengan membanjirnya barang-barang dari luar negeri. Hal ini sempat membuat usaha Payung Geulis sedikit terpuruk karena persaingan yang semakin ketat, terutama dari produk-produk impor yang lebih murah dan massal. Namun, tantangan ini terjadi di era almarhum kakek, pendiri usaha ini. Meski dihadapkan pada kondisi pasar yang sulit, almarhum kakek tetap menghadapi tantangan tersebut dengan penuh optimisme. Beliau terus memproduksi Payung  Geulis tanpa henti, menunjukkan keteguhan dan keyakinannya terhadap nilai budaya serta kualitas produk lokal, meskipun di tengah gempuran pasar luar negeri.

Penghargaan yang diraih oleh Payung Geulis Karya Utama
Penghargaan yang diraih oleh Payung Geulis Karya Utama

Upaya pelestarian payung geulis mencakup berbagai strategi yang telah dilakukan dan perlu terus dikembangkan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan partisipasi serta pelibatan masyarakat dan generasi muda melalui pelatihan dan pendidikan seni lukis payung geulis di sekolah-sekolah, seperti yang dilakukan oleh guru kesenian dan pelukis berpengalaman. Pengembangan fungsi payung geulis yang awalnya hanya sebagai pelindung dari cuaca kini diarahkan ke fungsi estetika, sehingga penggunaannya sebagai hiasan dan properti acara adat serta kesenian semakin diminati. Penting juga adanya regenerasi dari generasi muda agar industri ini tidak punah, serta dukungan komunitas dan karang taruna setempat untuk secara aktif mendorong keberlanjutan industri payung geulis. Di sisi lain, pemasaran Payung Geulis mulai merambah ke live TikTok dan platform digital lainnya untuk memperluas jangkauan produk.

Usaha Payung Geulis Karya Utama berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap, termasuk Ibu Rumah Tangga yang dapat bekerja dari rumah. Dengan sistem kerja yang fleksibel dan berbasis komunitas, usaha ini membantu mengurangi angka pengangguran dan memberikan penghasilan tambahan bagi warga sekitar. Selain itu, keberadaannya memberikan dampak positif terhadap sektor ekonomi lokal, terutama di bidang pariwisata, transportasi, dan perhotelan. Payung Geulis secara langsung mendorong peningkatan usaha-usaha di sekitar lokasi produksi dan memperkuat peran industri ini sebagai penggerak ekonomi kreatif daerah.  

Payung Geulis Karya Utama merupakan contoh nyata dari industri kreatif lokal yang tidak hanya menghasilkan produk seni berkualitas tinggi, tetapi juga berperan dalam pemberdayaan ekonomi dan pelestarian budaya. Dengan kombinasi antara warisan tradisional dan inovasi modern, kerajinan ini memiliki potensi besar untuk mendunia kembali. Dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan generasi muda sangat dibutuhkan agar Payung Geulis Karya Utama tidak hanya menjadi simbol masa lalu, tetapi juga bagian dari masa depan industri kreatif Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun