Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Sumber Inspirasi Tiada Henti

22 Desember 2016   22:23 Diperbarui: 22 Desember 2016   22:38 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://capslocknet.com

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti saling tolong menolong

Senada dengan quotes populer “The best way to find yourself is to lose yourself in the service  of others”oleh Mahatma Gandhi. Jauh sebelum aku tau tentang quotes ini ibuku selalu mengajarkanku untuk senantiasa menolong mereka yang lebih membutuhkan daripada kita. Menolong dalam bentuk apapun. Tidak harus dalam bentuk materi. Menolong bisa dalam bentuk tenaga, ide, pikiran dan lain sebagainya. Dan hal ini bukan hanya berhenti dalam ucapan, namun ibuku selalu menunjukkan arti tolong menolong di dalam kehidupan sehari-hari. Aku masih ingat betul sampai sekarang, ketika aku masih dibangku sekolah dasar aku melihat seragam seorang kawanku sudah lusuh. Ingin rasanya aku membantu namun apa daya aku tak punya uang untuk membelikan seragam baru untuknya. 

Tapi dari situ aku punya ide untuk menjahitkan baju seragam untuk kawanku tersebut. Aku pun meminta ibu untuk membelikannya kain dan menjahitkan baju seragam untuknya, ibuku melakukannya tanpa meminta imbalan sepeser pun. Ia rela dan tulus karen ia tahu bahwa inilah cara dirinya untuk menolong orang lain.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kepedulian terhadap sesama

Satu hal penting yang membuatku begitu kagum pada Ibu. Ibuku berbeda dengan ibu lainnya yang mungkin mengharapkan anaknya sukses secara materiil. Tidak, ibuku sama sekali tidak pernah menginginkan anaknya hanya sukses secara materiil. Ibuku tidak pernah meminta anaknya untuk menjadi  seorang yang kaya raya dan mampu membelikan rumah, mobil, pakaian, makanan yang mewah dan juga membiayai namun tak mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Satu yang ibu minta dariku, dia seringkali berpesan padaku, “Buat ibu kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk umat, agama dan Tuhanmu itu sudah lebih dari cukup. Itu yang mampu menyelamatkan kamu dan orangtuamu diakhirat nanti.”Kata- katamu akan selalu kuingat, Bu.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kesederhanaan

Ibuku juga bahkan suka mengeluh jika anak-anaknya memberikan hadiah di hari ulang tahunnya. Aneh memang, kok ada ya orang yang gak suka dikasih bingkisan dihari ulang tahunnya? Bukankah setiap orang umunya senang jika diberikan hadiah? Tapi kok ibuku malah ngeluh ya…. Tanpa menanyakan mengapa hal tersebut terjadi, ibuku langsung mengungkapkan maksudnya kenapa. Buat ibu kehidupan yang selama ini dia jalani sudah cukup, buat ibu menyisihkan uang untuk membelikan hadiah bagi dirinya hanya akan sia-sia. Akan lebih baik jika uang itu ditabung untuk investasi masa depan anak-anaknya. 

Pandangan ibu yang seperti ini membauatku kikuk, sungguh sangat kikuk. Aku juga terkadang malu kalo lihat teman-teman yang sibuk mempersiapkan kejutan bagi ibunya jika hari ulang tahunnya tiba. Aku juga malu kalo ditanya oleh temanku, “Ci kamu kok gak kasih surprise sih buat ibumu? Kamu gak sayang apa sama ibumu?”Namun aku sadar, aku memiliki seorang ibu yang berbeda dari ibu lain. Ibuku adalah ibu yang cinta akan kesederhanaan bukan kemewahan.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kemandirian

Ibuku terlahir di desa terpencil di kawasan Garut, Jawa Barat. Dikala remaja seusianya hanya pasrah terhadap kondisi dan nurut-nurut saja ketika dinikahkan oleh orangtuanya. Ibuku justru bereaksi sebaliknya. Ibuku menjadi sosok pemberontak terhadap adat tersebut. Ibuku tak mau kisah hidupnya berakhir sebagai seorang gadis yang telah memiliki anak diusia 17 tahun. Tidak! Ibuku memiliki cita-cita besar ingin menjadi seorang guru, oleh karena itu ibuku berusaha mencari cara agar bisa melanjutkan sekolah di ibu kota dan tidak dinikahkan oleh orangtuanya.

 Cita-citanya menuntut dirinya untuk menjadi pribadi yang mandiri karena orangtuanya saat itu tak mampu membiayai pendidikan ibuku. Menyadari kondisi keluarga yang masih terbelit ekonomi, ibuku tak habis akal. Dia memilih untuk ikut kakaknya yang telah menikah ke Jakarta. Ibuku yakin di Jakarta nanti hidupnya akan lebih baik daripada hidup di desa. Ibuku percaya bahwa di Jakarta nanti ia akan mendapatkan pendidikan entah bagaimana caranya. Apapun caranya akan ia lalui agar mampu menggapai cita-citanya.

Sungguh luar biasanya dirimu wahai Ibu, terimakasih telah menjadi sumber inspirasi tiada henti.

Selamat Hari ibu!

Bandung, 22 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun