Mohon tunggu...
Humaniora

Budaya Barat Mendunia

26 November 2018   20:24 Diperbarui: 26 November 2018   20:49 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak mengenal benua eropa, benua yang dianggap memiliki nilai intelektual yang tinggi. Dimana sebagian besar negara yang tergabung dalam benua itu ialah negara-negara maju. Dimana salah satu negara yang amat terkenal dan dianggap sebagai negara pembangun peradaban. tak hanya itu negara-negara ini juga yang kemudian perlahan menguasai dunia, dimulai dari penjajahan pada negara-negara berkembang. 

Penjajahan itu pun masih berjalan hingga saat ini, tidak lagi dengan senjata penjajahan saat ini menyusup melalui ilmu pengetahuan, gaya hidup dan masih banyak lagi. perlahan namun pasti bangsa barat sudah menguasai dunia. Lihat saja, bagaimana budaya barat sangat dijunjung tinggi. Bagaimana pengetahuan juga berotasi pada budaya barat, juga dari hal yang kecil seperti makan pun kalangan menengah ke atas menggunakan budaya barat sebagai contoh tata cara makan mereka dan itu kita kenal dengan table manner. Banyak lagi yang kemudian mempengaruhi negara-negara berkembang, sehingga muncullah yang namanya globalisasi. 

Jan Aart Scholte (2001) mengamati proses globalisasi melalui lima indikator: (1) internasionalisasi, (2) liberalisasi ekonomi, (3) westernisasi, (4) demokratisasi, dan (5) deteritorialisasi. Di antara kelima indikator tersebut, tulisan ini memfokuskan konsep internasionalisasi, westernisasi, dan deteritorialisasi. Internasionalisasi mengacu pada kejadian di suatu wilayah yang dapat memengaruhi kejadian di wilayah lainnya. Pada intinya, konsep ini lebih menekankan kepada konsep informasi dan kedekatan antara elemen-elemen masyarakat. 

Sementara, westernisasi merupakan pendifusian nilai-nilai Barat ke dalam nilai-nilai lokal. Hal ini diindikasikan dengan mulai memudarnya budaya lokal dan kecenderungan homogenitas budaya dunia. Sedangkan, deteritorialisasi mengacu kepada memudarnya peran negara sebagai aktor. Memudarnya peran itu terutama berpengaruh terhadap kebebasan individu. Individu yang bebas berinteraksi dan melakukan tindakan apapun tentu akan lebih memudahkan masuknya pengaruh dari luar. Berbeda halnya ketika kekuatan negara masih nyata yang memungkinkan adanya upaya untuk menyaring budaya dari luar. Awal mula era globalisasi sendiri masih diperdebatkan. 

Setidaknya ada tiga pendapat mengenai kapan globalisasi muncul (Balaam 2001). Yang pertama adalah masa awal merkantilisme sekitar abad ke-16 hingga ke-17. Era ini setidaknya ditandai oleh peristiwa penting, yaitu kelahiran nation-state pasca perjanjian Westphalia (Jackson 2005). Dengan kelahiran negara baru ini, tentu saja kemantapan negara menjadi sesuatu yang niscaya. Padahal kondisi saat itu, negara-negara baru menerapakan proteksionisme yang ketat. Karena itu, interaksi ekonomi antara negara satu dengan yang lainnya menjadi semakin sulit.

Kemunculan globalisasi ini jugalah yang kemudian membuat kemunduran bagi suatu negara, dimana masyarakatnya sudah tak sadar lagi akan budaya lokal, karena mereka lebih merasa bangga dengan budaya barat yang mereka tiru. Masyarakat yang terlalu sibuk dengan budaya barat yang dianggap elegan, membuat mereka lupa akan budaya lokal yang seharusnya mereka jaga dan mereka lestarikan, dan seharusnya masyarakat juga bisa menduniakan budaya yang ia miliki. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat terlihat dampak globalisasinya, ketimpangan budaya yang sangat besar dan jelas. harusnya kita sebagai bangsa yang memiliki keragaman buday yang kental ini tidak mudah terpengaruh oleh globalisasi ini. 

Semoga bangsa Indonesia bisa kembali menjadi bangsa yang berbudaya dan mencintai apa yang kita miliki. Karena belum akan berhenti kita dijajah sebelum kita sadar akan kekayaan budaya yang kita miliki. Jangan sampai budaya kita malah digunakan sebagai identitas oleh bangsa lain, karena keterlenaan kita akan budaya kita ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun