Kalau Kondisi Memungkinkan Mengapa Tidak?
Topik pilihan Kompasiana kali ini adalah tentang pindah Karir di Usia 30 an
Untuk jelasnya izinkanlah saya kutip dari sumber:
Bagaimana rasanya pindah karier di usia 30-an, Kompasianer? Lega karena sesuai harapan, atau justru cemas harus memulai dari awal? Ada kisah pahit-manis yang membekas?
Banyak orang di usia 30 an mulai berani pindah karir, meski bukan langkah yang mudah.
Sebagian berhasil menemukan kepuasan baru, karena akhirnya menekuni pekerjaan yang benar-benar mereka sukai. Sebagian lagi menghadapi kekecewaan dan tantangan.
Pertama kali saya alih Profesi ketika saya berusia 30 an,ketika itu saya adalah seorang guru yang mengajar di beberapa sekolah menengah keatas. Antara lain: SMP Kalam Kudus,SMP Yos Soedarso dan SMP Murni. Saya mengajar jurusan Ilmu Pasti Yakni Ilmu Ukur dan AljabarÂ
Karena usaha suami mulai menunjukan kemajuan yang pesat,saya diminta untuk membantu suami dalam usaha dagangnya. Karena menurut suami,bila saya ikut mendampingi di perusahaan, akan jauh' lebih mantap.
Misalnya masalah keuangan perusahaan dan mengenai mutu komoditas ekspor. Lagi pula dengan adanya saya dikantor suami dapat lebih fokus untuk mengembangkan usahanyaÂ
Tentu saja dengan senang hati saya setujui walaupun jelas merupakan sebuah tantangan bagi saya pribadi karena memasuki ruang pekerjaan yang sama sekali asing bagi sayaÂ
Mulai Belajar Seluk Beluk Perusahaan.
Ketika itu saya beralih profesi dari seorang guru menjadi  komisaris perusahaan dagang dan keuangannya.
Dimana saya memanfaatkan kepandaian saya setelah menguikuti beberapa pendidikan mengenai kopi dan cassia di departemen perdagangan.dan mendapatkan sertifikat kelulusan.
Sehingga saya benar benar menguasai keadaan kopi  dan cassia mengenai kualitas dan kadar airnya.
Kedua kalinya saya beralih profesi ketika saya berusia 50 anÂ
Dimana saya melamar kerja di AIG Lippo dibidang Asuransi.
Yang mana saya sama sekali tidak pernah jalani ,tapi dengan tekad saya pelajari secara tekun sehingga akhirnya saya berturut turut 3 x mendapat predikat Champion honorÂ
Ketiga kalinya saya beralih profesi ketika usia saya  60 tahun .
Suami berencana menjelajahi seluruh Nusantara untuk mengajar teknik Penyembuhan Alami yang dikenal dengan nama Reiki , melalui seminar di berbagai kota di IndonesiaÂ
Suami  meminta saya untuk mendampingi keliling Indonesia.Â
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, bagi saya sebagai seorang isteri, hal yang terberat dalam hidup ini bukanlah saat hidup menderita bersama dengan suami tercinta. Melainkan meninggalkan profesi di saat saya sedang berada di puncak karir.Â
Bayangkan setiap hari Senin saya berdiri di depan rekan rekan kerja untuk memberikan motivasi.. Setiap bulan belasan juta rupiah uang masuk. Setiap 3 bulan ada bonus yang fantastisÂ
Dan setiap tahun dapat travelling ke luar negeri, dengan suami. Seluruh biaya perjalanan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Â Dan kini saya harus meninggalkan semuanya, untuk sesuatu yang belum pastiÂ
Tetapi saya ingat akan komitmen kami berdua :" Family is the first" Â Maka demi keutuhan keluarga, dengan ikhlas saya melepas karir saya.......
Sekali lagi saya beralih profesi dari Staf Asuransi menjadi Pengajar didalam lokakarya Reiki.
Kesimpulan:
Ada kalanya,alih profesi tidaklah begitu rumit apabila kita benar benar tekun akan profesi baru kita dan melaksanakannya dengan sepenuh hati kita.
Tetapi ada kalanya,alih Profesi merupakan sebuah pilihan yang teramat berat. Tetapi saya bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan saya kekuatan untuk mengambil keputusan yang tepatÂ
Puji syukur kepada Tuhan karena saya sudah mengalami tiga kali ganti profesi dan ketiga tiganya sukses saya jalani .
Setiap alih profesi pasti akan dihadapkan dengan:' Harapan dan Tantangan" Kalau boleh di analogikan sebagai sekeping Mata uang, yang selalu mempunyai dua sisi.
Perlu kebulatan tekad dan keyakinan agar sukses dalam profesi yang baru. Serta tak kalah penting adalah mau membuka diri untuk belajar. Tidak perlu menunggu memiliki multi talenta , karena semua nya dapat dipelajari. Yang penting mau belajar dan siap untuk bekerja keras.
Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadiÂ
Semoga bermanfaat bagi yang merasa gamang untuk alih profesi di usia 30 anÂ
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
16 Oktober 2025.
Salam saya,
Roselina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI