Beberapa hari Yang lalu ,saya mengajak suami untuk ke bengkel karena sudah lama rasanya kami tidak mengganti oli mobil. Menurut suami bila tidak ada peringatan warning tidak masaalah ,tapi saya kuatir sekali. Kebetulan suami membawa mobil sedikit lambat maka terjadi desakan bunyi kruk sehingga suami ikut kuatir juga.
Kami langsung kebengkel keesokan harinya pagi pagi sekali karena kalau siang sudah penuh langganan  tidak bisa dicek langsung.Kami sampai dan mengatakan apa yang kami rasakan dengan mobil.Â
Kata suami pada Dean yang merupakan montir disana:" When I'm driving slowly, the car running unstable"Â Â
 Menurut Dean montir disitu sebaiknya dia cek dengan mengendarai mobil. Kami dibawa berputar putar setelah itu dibawa ke bengkel .Â
Dean memeriksa buku para pelanggang lalu membuka kap mesin untuk  dicek mesinnya Ternyata Oli sudah hampir habis dan sudah mengering jadi ditambah sebanyak tiga kali. Selesai menambah oli suami menanyakan berapa kami harus membayar ?
 Dean  menjawab :" No, worry. Nothing to pay"
Tentu saja hal ini menyebabkan kami berdua heran. Padahal menurut suami, sekurang kurangnya 100 dollar. Tetapi ternyata dikasih gratis.
Padahal uang senilai 100 dollar setara dengan satu juta rupiahÂ
Kesimpulan:
Ternyata tidak semua orang menerapkan prinsip "Business is Business" Salah satunya adalah Dean. Bagi Dean hubungan persahabatan jauh lebih bernilai.
Hal ini merupakan hal yang cukup langka, tetapi merupakan sebuah fakta bahwa tidak semua orang mengedepankan prinsip " Business is Business" termasuk di Australia. Sebuah pelajaran berharga bagi kami berdua bahwa hubungan persahabatan dan kekeluargaan jauh lebih bernilai ketimbang menerapkan business is business secara kaku