Tulisan ini merupakan lanjutan dari cuplikan perjalanan hidup pribadi kami. Khusus dalam artikel ini, izinkanlah saya membagikan cuplikan perjalanan hidup pribadi tentang Bagaimana hidup rukun dengan para tetangga, walaupun kami sekeluarga berbeda suku dan agama.
Prinsip hidup,:" Sebuah contoh teladan nyata,jauh lebih bermanfaat dibandingkan kotbah panjang lebar"Â
Kami memberi contoh pada anak anak kami bagaimana kami memperlakukan teman teman kami,walaupun mereka dari suku yang berbeda dengan kami . Baik berbeda suku dan budaya maupun berbeda dalam Iman .
Anggota Orari yang datang kerumah kami hampir semua beragama Islam ,sedangkan kami beragama Katolik. Setiap tahun pada masa puasa rumah kami dijadikan tempat berbuka puasa setiap hari Sabtu. Mereka senang karena saya menyiapkan masakan favorit mereka.
Setiap Sabtu tidak ada yang absen untuk berbuka puasa dirumah kami. Hal ini merupakan contoh bagi anak anak kami kelak dikehidupan mereka.
Dirumah kami  menyediakan ruang khusus untuk sholat , yang dialas dengan karpet Â
Mereka tidak ragu makan dirumah kami karena mereka tahu kami tidak akan memasak makanan mengandung babi .. Kami sekeluarga sudah biasa berbuat begitu karena beberapa orang dari keluarga besar kami, ada yang MuslimÂ
Bila kami ingin memakan masakan babi panggang yang disebut Shiobak, maka kami pergi ke Pondok untuk mencicipinya.
Banyak Dapat Daging di Hari Raya Idul Adha.
Karena kami dianggap keluarga mana pada hari Raya Idul Adha kami banyak dapat kiriman daging Kalau tidak diterima berarti tidak menghargai orang yang memberikan. Maka semuanya kami terima dengan senang hati.
Semua daging yang kami terima, saya masak rendang . Lalu kami bagikan kembali pada para tetangga kami. Semua sangat senang sekali menerima nya.