Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan Hidup (seri 24 selesai)

19 Oktober 2020   05:09 Diperbarui: 19 Oktober 2020   05:22 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berfoto waktu acara 17 agustus di KJRI di Perth bersama ibu Dewi Tobing Agustina Konjen RI (dok pribadi)

Menjalin hubungan dengan Komunitas  Indonesia di Wollongong  - Australia

Bertemu dengan sesama warga Indonesia yang berdomisili di luar negeri  ,serasa bertemu dengan sanak keluarga  sendiri .Karena itu setelah setiap pertemuan . Dan proses berbaur dengan warga Indonesia di Wollongong  terus berlanjut 

Banyak yang kami kenal dalam acara 17 Agustusan yang dirayakan besar besaran di Wollongong  termasuk acara nonton bareng film film nasional  .Disini kami berkenalan dengan Mas Syafril dan isteri Kebetulan sama sama berasal dari Sumatera Barat  . Mas Syafril ini adalah insinyur pertanian ,yang memilih menjadi chef di  Hotel Novotel kota Wollongong Bulan lalu kami bertemu dengan isteri mas Syafril yang bercerita bahwa anak mereka kini sudah 5 orang 

Ada Mas Dudy presiden PPIA pada waktu itu  ,mas Akbar dan mas Aria yang ketiga tiganya bertugas sebagai Staf di konjen RI .Mereka kenal dengan suami karena sering membaca tulisan  yang ditulis suami di Kompasiana. Ketika berkenalan mereka sudah tahu nama suamu Inilah salah satu keuntungan menjadi kompasianer .

Mas Dudy merayakan pernikahannya di Medan sedangkan  kami tidak bisa hadir  Ucapan selamat yang diwakili perwalilan kami di  Medan dengan pengiriman  bunga

mas-dudy-5f87a357d541df6fbd6c03d2.jpg
mas-dudy-5f87a357d541df6fbd6c03d2.jpg
berfoto dengan ketiga staf Konjen RI di Sydney ,paling kanan mas Dudy(dok pribadi)

Menetap di Australia 

Semenjak kami sudah jadi Permanent Residence ,baru tahun  ini kami tidak kembali ke Indonesia,karena Pandemi Covid -19  Bahkan rencana mengunjungi Putri kami di Wollongong  terpaksa kami batalkan Karena disini ada peraturan kalau berpergian ke negara bagian lain , hanya  diperbolehkan masuk lagi selain melalui karantina selama 14 hari Karantina dengan  pembayaran masing masing.Pertama tama yang keluar dan kembali ditanggung pemerintah biaya karantina Tapi masih banyak komplain  dari yang  merasa tidak bebas di hotel tempat karantina tersebut . Akhirnya dirobah sistem ,silahkan tentukan hotel untuk jalani karantina mandiri ,tapi bayar masing masing .

Wow berapa biaya untuk karantina dihotel dengan makan dan minum semua dari hotel ?Membayangkan dana yang dibutuhkan   untuk karantina selama 14 hari di hotel.bisa mencapai ribuan dolar ,maka kami memilih membatalkan rencana ke Wollongong. 

Karena hanya untuk  perjalanan antar state di  Australia saja sudah harus siap siap dengan uang yang sedemikian banyaknya.

Pertemuan antar sahabat

teman-wollongong-5f8849a9d541df6d8336fc02.jpeg
teman-wollongong-5f8849a9d541df6d8336fc02.jpeg
Bersama keluarga Indonesia di Wollongong (dok pribadi)

Saya dan suami tinggal dengan cucu dirumah anak kami Irmansyah dekat Burns Beach ditepi pantai.Sedangkan Irman berserta keluarga tinggal  di Romano  Street ,hanya kira kira lima menit dengan kendaraan dari tempat kami.Cucu tinggal dilantai atas dan kami dilantai bawah,masing masing sendiri sendiri

Jadi gaya hidup masa kini berbeda total dengan gaya hidup tempo dulu  Karena masing masing punya kesibukan berbeda 

Setiap pagi setelah bersih bersihan,kami jalan kaki dipantai . Lalu  sarapan pagi dan setelah itu  mempersiapkan untuk makan siang dan malam .Setelah itu kami sibuk dengan berbagai kegiatan diluar rumah.

teman-teman-5f884a3ad541df199d22dad2.jpg
teman-teman-5f884a3ad541df199d22dad2.jpg
bersama teman teman di Perth (dok pribadi)

Kami keluar rumah mengelilingi tempat tempat wisata disekitar Perth atau mengunjungi teman teman dari Indonesia yang berada disekitar Perth .Kadang kami janjian minum kopi bareng dengan teman dengan menyebutkan alamat tempat bertemu. 

Bisa untuk minum kopi saja kami harus menempuh 1 jam perjalanan karena teman tadi tidak tahu dimana kami tinggal.Karena itu membuat janji di daerah sekitar  mereka tinggal . Terkadang untuk sekedar ngopi bareng kami menghabiskan waktu 2 jam.perjalanan  Kalau mereka tahu akan membuat perjanjian ditengah tengah antara tempat kita berdua.

Berbagai acara resmi 

Sering juga kami diundang dalam acara peresmian 17 Agustusan misalnya di Forrest Chase di pusat kota Perth  ,  dimana diadakan pertunjukan tari tarian Indonesia dan kuliner Hampir dipastikan tidak ada kegiatan Komunitas Indonesia di sini yang tidak kami hadiri.

Saking hubungan baik  ,kami sampai dibawakan lontong dari KJRI dan diantarkan sendiri oleh pak Martin Damanik,Staff Konjen R.I

tarian-indonesia-5f8a380a8ede4877873d7a23.jpg
tarian-indonesia-5f8a380a8ede4877873d7a23.jpg
Tarian Indonesia di lapangan Forrest Chase (dok pribadi)

Hubungan baik dengan Pihak KJRI di Perth 

Sering juga kami diundang dalam acara lain oleh konjen RI ibu Dewi Tobing Agustina yang ramah dan luwes dalam pergaulan .Misalnya Acara Sumpah Pemuda dan Acara Natal di kediaman Ibu Dewi Tobing Agustina.

tarian-indonesia-2-5f8a398fd541df617d76ec62.jpg
tarian-indonesia-2-5f8a398fd541df617d76ec62.jpg
berfoto setelah acara resmi Sumpah Pemuda di Kantor KJRI  bersama ibu Dewi Tobing Agustina(dok pribadi)


Minum kopi di Miss Maud  Coffee shop di Joondalup 

feydown-5f87a55b0e71f34d71246e63.jpg
feydown-5f87a55b0e71f34d71246e63.jpg
minum kopi di Miss Maud coffee shop dengan sis Feydown (dok pribadi)

Suatu pagi ada pesan masuk di WA suami .Ternyata mbak Feydown salah satu teman dari Kompasiana.Mbak Fey Down ini tinggal di sekitar Perth. Mengajak minum kopi di Miss maud coffee shop Joondalup .Kami membuat janji besok jam 9 pagi.

Keesokan harinya kami bertemu dengan mbak Feydown yang senang dipanggil sis saja  Dia  memanggil suami dengan sebutan bro.Sis Feydown datang dengan seorang teman dari Malaysia  yang bernama Choy 

Kesimpulan

Banyak teman sesama orang Indonesia yang datang mengunjungi anak mantunya ,baru 2 atau 3 minggu ,sudah tidak betah tinggal di Australia .Merasa binggung mau kemana ,karena tidak ada kenalan .

Karena itu sejak dari awal kami membiasakan bergaul dengan siapa saja ,setiap kali ada kesempatan .Sehingga dengan demikian kami tidak pernah merasa kesepian disini.

Pengalaman hidup yang beragam , senantiasa dapat dijadikan pelajaran berharga bagi kami,bahwa dikelilingi banyak sahabat menghadirkan kegembiraan hidup bagi kami Sehingga tidak pernah merasa kesepian di negeri orang 

19 Oktober 2020,

Salam Saya.

Roselina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun