Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Mendebarkan dalam Kompetisi Merebut Hati (Kisah Nyata)

25 Februari 2020   04:30 Diperbarui: 25 Februari 2020   05:17 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata teman sekelas saya ,Maria (Bukan nama sebenarnya)juga tertarik pada Andreas dan juga seorang siswi kelas 1 C nama Silvia(Bukan nama sebenarnya ) tertarik pada Andreas.

Saya tidak tahu siapa yang dipilih Andreas dari kami yang bertiga ,karena Andreas tidak pernah mengutarakan pada kami.

Tapi ada rasa diistimewakan dalam hati saya,karena saya direkut Andreas untuk menjadi staf redaksi majalah sekolah yang bernama Gema Don Bosco. Sejak saat itu, persahabatan kami semakin akrab, tapi tak sekali juga Andreas menyatakan cintanya pada saya

Pengalaman Unik 

Sewktu liburan sekolah ,Andreas ke Jakarta bersama teman temannya dan mampir di puncak untuk naik kuda. Dia berfoto dengan menunggang kuda dan foto tersebut dikirimkan untuk saya saya dengan alamat sekolah. Ternyata sewaktu saya tiba disekolah,surat tersebut sudah dipajang di kaca,yang biasanya digunakan untuk menempelkan penguman dari sekolah .

Tentu saja , tulisan yang tertera di foto tersebut, dibaca teman teman semua yamg mana buat saya malu .Entah siapa yang menempelkan foto tersebut di dinding pengumuman saya tidak tahu.

Payung petanda cinta 

Pengalaman yang paling berkesan adalah suatu waktu lonceng berbunyi,petanda sekolah usai, ketika kami akan pulang kerumah,tiba tiba hujian turun dengan lebatnya Semua siswa berteduh di aula sekolah menanti hujan berhenti . Sambil ada juga yang menunggu di jemput. Saya juga ikut berdiri diantara sekian banyak teman teman lainnya,menunggu hujan reda. 

Tiba tiba Andreas diantarkan payung oleh adiknya dua buah,satu dipakai dan satu lagi dibawa Andreas kearah kami yang sedang menunggu hujan berhenti.

Semua mata tertuju pada Andreas. Teman teman ingin menyaksikan,kepada siapa Andreas akan menyerahkan payung tersebut. Saya menyaksikan dengan hati berdebar debar. Ada rasa was was,jangan jangan payung tersebut bukan untuk saya.

Maka perlahan lahan ,saya mundur beberapa langkah kebelakang teman teman. Karena saya melirik ke arah Maria dan Silvia ,yang dengan wajah berseri seri, melangkah maju untuk mendapattkan payung dari Andreas. Tak berani saya membayangkan,seandainya payung tersebut bukan untuk saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun