.
Kejadian Yang Terus Berulang
Semasa masih sekolah, saya pernah membaca kisah hidup yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia. Isinya menceritakan tentang kehidupan dua orang pemuda yang merantau dari negeri Tiongkok ke Indonesia.Â
Mereka tinggal bersama di gubuk dan menyambung hidup dengan mengumpulkan botol kosong, mencucinya dan kemudian menjual kembali ke pabrik.Â
Malam hari, mereka pulang dan makan bersama sambil ketawa gembira, menghitung keuntungan dari hasil jualannya. Selama bertahun tahun hidup melarat, mereka sangat akur. Semua milik bersama.
Singkat cerita,setelah kerja keras selama bertahun tahun, nasib mereka berubah. Mereka sudah menikah dan membangun rumah dari tanah bekas gubuk mereka. Tapi sejak itu, para tetangga tidak lagi pernah melihat mereka bersama sama bahkan kelak saling bermusuhan yang dalam kisah disebutkan penyebabnya adalah karena persaingan dagang.Â
Awalnya, saya mengira kisah ini hanya fiktif sebagai pesan moral bagi para pembaca agar jangan sampai uang menyebabkan persahabatan menjadi rusak.
Ternyata Terjadi Pada Tetangga Kami
Walaupun kisahnya tidak persis sama, tapi apa yang dikisahkan dalam buku terjemahan dari kisah yang berasal dari negeri Tiongkok tersebut ternyata sungguh terjadi pada tetangga kami di Padang.
Anton  dan Andi  (bukan nama sebenarnya) dua orang bersaudara kakak dan adik yang  tinggal bersama kedua orang tua mereka. Keduanya sangat akur hingga kedua orang tua mereka meninggal, mereka masih tinggal di rumah warisan yang ditinggal orang tua, yakni sebuah rumah sederhana. Hingga mereka menikah, Anton beserta isteri serta anak anaknya tingal dikamar bagian depan sedangkan Andi dan isteri serta anak anak mereka dikamar bagian belakang rumah Kerukunan mereka dalam berkeluarga menjadi contoh teladan bagi para tetangga.
Anton mencari nafkah dengan membuat tahu dan Andi  membuat Taoge, Setiap pagi keduanya membawa hasil jeri payahnya kepasar dan dijual disana.
Sore hari, mereka kembali ke rumah membawa hasil jualan dengan berbelanja untuk keperluan rumah tangga. Membawa pulang untuk dimasak isteri dan kemudian dimakan bersama sama. Kedua kakak beadik ini akur sekali dan menjadi contoh teladan bagi para tetangga.
Merantau Untuk Mengubah Nasib
Hidup dengan mengandalkan hasil jualan tauge dan tahu, sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka karena anak anak mereka sudah semakin besar. Maka keduanya memutuskan untuk mengadu nasib dan merantau ke Jakarta  dengan meninggalkan anak isteri di Padang Keduanya ke Jakarta untuk dapat mengubah nasib .
Singkat cerita, setelah bertahun tahun merantau, hidup mereka berubah total. Tidak tahu mereka bisnis apa di Jakarta,t api sebagai tetangga, kami ikut gembira menyaksikan hidup tetangga kami Anton dan Andi berubah total. Tampaknya mereka sukses di rantau orang.
Ada Sesuatu Yang Berubah Dalam Kehidupan Mereka
Setelah hidup mereka berubah total, Anton dan Andi merencanakan untuk membangun rumah diatas tanah warisan orang tua mereka yang cukup luas.Â
Tanah peninggalan kedua orang tua mereka tidak berukuran persegi dan agak berliku liku,s ehingga tidak dapat dibagi dua secara tepat karena ada terlebih dan terkurangnya. Hal  inilah yang merupakan awal mereka mulai bertengkar, yakni masalah pembagian tanah yang tidak persis sama.
Masalah ini terus berlarut larutnhingga dibawa ke Pengadilan. Akibatnya, kedua bersaudara yang semasa hidup melarat jadi contoh teladan bagi para tetangga di Padang, kini malahan saling bermusuhan.
Bukan hanya mereka berdua, tapi juga seluruh anggota keluarga mereka menjadi saling bermusuhan. Bahkan hingga keduanya meninggal, kedua bersaudara ini tidak pernah akur lagi.
Ternyata, kisah fiktif yang saya baca semasa masih sekolah, terulang lagi dalam kehidupan nyata dan terjadi justru pada tetangga dekat kami. Mengapa bisa terjadi demikian?Â
13 Desember 2019
Salam saya,
Roselina