Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat .

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Mengembalikan Karakter Positif pada Anak Bermasalah

13 Mei 2025   07:39 Diperbarui: 13 Mei 2025   07:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan Puluhan Siswa Nakal Masuk Pembinaan di Barak Militer TNI, Ikut Kebijakan Dedi Mulyadi -Sumber  https://soreang.pikiran-rakyat.com

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (sifat asal; kesucian; bakat; pembawaan)*, tergantung kedua orangtuanyalah yang akan mewarnainya di awal -awal masa perkembangannya. Tidak ada seorang anak ketika dilahirkan sudah menjadi seorang anak yang nakal, melawan orang tua, dan lain sebagainya. Orang tua atau keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, karena di sanalah benih-benih kebaikan mulai disemai dan ditanam untuk selanjutnya terus dirawat agar tumbuh menjadi anak yang paripurna, memiliki karakter positif dan untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi insan yang bertanggung jawab.

Lantas, bagaimana jika ternyata ada anak yang dikategorikan bermasalah?, apa penyebabnya ?

Anak bermasalah, bisa jadi penyebab utamanya adalah berasal dari lingkungan terdekatnya yang bernama rumah atau keluarga. Anak bermasalah di sekolah, biasanya berasal dari keluarga yang kurang harmonis, kurangnya perhatian orang tua. Si anak merasa diabaikan, sehingga mencari perhatian melalui perilaku negatif. Selain kurang perhatian orang tua, bisa juga disebabkan oleh lingkungan teman sebaya yang tidak kondusif. Banyak teman sepermainannya yang memberikan contoh buruk, sehingga ia meniru atau melakukan imitasi terhadap apa yang menjadi kebiasaan buruk dalam lingkungannya tersebut. Di sinilah pentingnya anak memilih teman yang baik, agar ia bisa ikut menjadi baik.

Pola asuh yang tidak konsisten juga bisa menjadikan seorang anak menjadi bermasalah (nakal). Disiplin yang tidak tegas atau bahkan terlalu keras bisa membuat anak bingung atau memberontak. Selain itu ia juga tidak dibiasakan memahami nilai dan etika yang benar sejak dini.Keteladanan dari kedua orang tua sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter dasar anak agar terus tumbuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk ciptakan Tuhan yang memiliki kehendak dan karsa.

Ada satu hal lagi yang bisa jadi pemicu munculnya kenakalan pada anak, yaitu yang bersumber dari media sosial dan gadget. Di era digital saat ini, akses ke konten negatif di internet atau televisi bisa meniru perilaku buruk pada anak. Banyak ucapan-ucapan tak pantas pada anak, berasal dari apa yang ia lihat dan dengar dari media sosial ataupun game online yang ia nikmati. Kembali disini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengontrol penggunaan gadget pada anak, sebelum mereka menjadi korban karena telah kecanduan gadget yang dampaknya cukup besar dikemudian hari.

Solusi Menangani Anak Nakal Agar Kembali pada Karakter Positif

Solusi pertama dalam menangani anak yang nakal agar kembali ke fitrahnya yaitu memiliki karakter yang positif adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka dan hangat. Dengarkan setiap keluhan anak tanpa menghakiminya. Tanyakan alasan dibalik perilakunya. Jangan sampai selaku orang tua / guru, kita merasa selalu benar, sehingga langsung memvonis setiap perbuat buruk anak, tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu alasannya.

Selain itu kita bisa juga menerapkan disiplin yang positif dan konsisten. Buat aturan yang jelas dan berikan konsekuensi logis jika melanggarnya, dan bukan hukuman fisik. Disiplin positif bisa dimulai dari beberapa pembiasaan baik yang dimulai sejak bangun pagi sampai mereka tidur malam. kita bisa mengadopsi tujuh kebiasaan hebat yang sudah dikampanyekan Kemendikdasmen yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, hingga tidur cepat.**

Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah memberikan keteladanan yang baik. Anak akan meniru orang dewasa, untuk itu tampilkan sikap yang sabar, jujur, dan tanggung jawab. Kita jangan menuntut anak untuk rajin dan tepat waktu dalam beribadah, kalau kita saja tidak rajin beribadah atau melalaikannya.

 Untuk mengembalikan karakter anak agar positif, kita perlu juga melibatkan anak pada kegiatan-kegiatan positif, seperti kegiatan sosial (mendatangi panti asuhan/rumah singgah), berolah raga bersama secara teratur, ataupun mengajaknya bersama beribadah di rumah ibadah (sholat dimasjid bagi yang muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun