Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Muara (26)

2 Mei 2022   10:14 Diperbarui: 2 Mei 2022   10:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

O busur yang anugrahkan kemuliaan. Atas lengkungmu tunduk manusia tak berdaya. Kebahagiaan redup dalam kejatmu. Tawa segala dirampas temalimu. Dalam pesonamu o busur yang perkasa. Anak panah melesat tak kenal galat. Kegentaran bumi bisu di belakang bayangan. Kemegahan langit siap ditaklukan.


Pilar jembatan masih lima puluh meter di depan. Guruh mengangkat sedikit kepalanya. Dahan rimbun bakau melindunginya dari pantauan drone dan kamera pengawas. Tetapi dingin air sungai benar-benar menyiksanya. Jarak jembatan dan tempat pasukan hanya 1 kilometer. Tetapi keempat penyusup harus bergerak dengan sangat alami

Satu jam lalu. Guruh, Suami Menik dan dua prajurit yang menyertai mereka membungkus senapan, radio komunikasi, dan bahan peledak dengan kantong plastik. Setelahnya semua peralatan dibungkus dengan terpal. Mereka harus memastikan bahwa semua peralatan dapat tetap bekerja setelah mereka keluar dari air sungai.

Kamera pengawas hanya menangkap empat dahan bakau yang perlahan hanyut mendekati jembatan. Dalam kegelapan malam, gambar pun tidak tampak bayan.

Guruh mencapai tiang penyangga jembatan. Jembatan itu menghubungkan sisi kiri dan kanan kota. Sisi kanan kota adalah pusat bisnis dan perdagangan. Sedangkan sisi kiri kota adalah hunian penduduk. Jembatan penghubung melengkung di atas sungai. Lengkap dengan kamera pengawas, drone dan senjata otomatis.

Orang-orang kota menyebut sisi kanan wilayah mereka dengan nama Yakin, dan sisi kiri dengan nama Boas. Jembatan itu sendiri disebut Mata. Mungkin itu nama yang tepat untuk jembatan dengan puluhan kamera pengintai di kedua sisinya dan drone yang terbang setiap detik.

Orang-orang goa menyebut kota itu Babel. Nama yang mengacu pada karya besar Nimrod, putra Kusy, cucu Ham. Entah apa maknanya. Tetapi keunikan struktur kota itu, baik sisi kiri, maupun sisi kanan, terletak pada bangun selinder tiga tingkatnya yang dihubungkan oleh jalan ulir dari bagian bawah hingga puncak. Kata orang goa, itulah cara Nimrod membangun Babel.

Namun nama itu sepertinya lebih berkesan psikologis. Selama waktu yang panjang, orang-orang kota menekan dan mengucilkan para penduduk goa. Mereka diberi label musuh. Mereka diburu. Ditindak. Ditangkap dan disiksa. Bahkan terancam dimusnahkan.

Perang satu tahun terakhir merupakan bentuk perlawanan orang-orang goa terhadap masyarakat kota. Perang memperebutkan status. Citra manusia.

Ketika keempat penyusup berhasil memanjat tiang jembatan, Guruh memberi aba-aba. Tiap orang menyandangkan ikatan peralatan di leher.

"Mas, sampeyan dan satu prajurit bergelantung di besi penyangga ini dan bergerak ke ujung jembatan yang mengarah ke Boas. Aku dan satu prajurit lagi akan berupaya mencapai ujung jembatan yang mengarah ke Yakin,"Guruh berbisik. Ketiga orang yang bersamanya menggangguk.

"Kita bertemu di sini?," Suami Menik bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun