Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengingkari Fakta

2 April 2017   05:06 Diperbarui: 4 April 2017   15:10 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti memegang sebuah pensil di udara dan bertanya jika pensil ini dilepaskan, apakah ia akan jatuh atau tidak. Gravitasi adalah aksioma tak terbantahkan, tetapi pengingkaran terjadi ketika menjawab pensil itu akan terbang ke samping.

Logika memang hanya merupakan batas dari daya pikir manusia, tetapi bahkan dunia klenik membutuhkan pemikiran logis. Menyelidiki dunia roh seharusnya disertai dengan logika tentang apakah mungkin dunia roh itu ada dan apa alasan keberadaannya; jika cukup masuk akal maka itu dapat menjadi iman. Sebab benak manusia menuntut kebenaran dan jika keinginan itu tidak tercapai, maka ia akan mencari pembenaran.

Fakta adalah siapa yang tidak mempercayai keberadaan iblis, ia tidak mempercayai keberadaan Tuhan, dan manusia cenderung menyembah karena meyakini ada kekuatan ilahi yang tidak terlihat. Logika adalah manifestasi rupa iblis. Jika iblis ingin memenangkan jiwa manusia, apakah ia akan menampakkan diri dengan kengerian ketimbang menawarkan emas? Logika adalah jika iblis di satu tempat berkain kafan yang terikat, di sisi bumi yang lain  iblis mengenakan dasi dilehernya, apakah itu berarti iblis berbudaya? Logika adalah jika Tuhan merupakan beberapa, tidakkah alam semesta hancur sedari dulu?

Berbagai probabilitas dalam cakupan batas daya pikir dapat melahirkan pengingkaran terhadap fakta yang nyata.

Fenomena doktrinisasi yang kuat dapat membutakan mata hati. Doktrin yang ditanamkan terlalu dalam dapat menghapus semua ingatan manusia terhadap dimensi ruang dan waktu yang ia tinggali. Jiwanya pergi menuju semesta lain sedangkan raga tertinggal di bumi. Yang terucap lidah tidak sesuai yang dilihat mata.

Sikap fanatisme mempertahankan ego pemahaman tanpa memandang sisi lain.

Doktrinisasi merupakan upaya cuci otak untuk memaksakan kehendak satu paham. Jika berhasil, maka fakta yang adalah kebenaran dapat dengan mudah menguap begitu saja di mata para fanatik.

Kebenaran tidak berubah, tetapi fakta dapat dimanipulasi. Seseorang yang mengetahui kebenaran dapat memaksakan kebohongan kepada yang ingin didoktrinisasi. Tidak penting lagi tujuan dan cara memutar-balikkan fakta, karena setelah kebenaran diingkari maka lenyaplah segala nilai kehidupan. Yang berusaha mengaburkan fakta adalah yang meletakkan beban gunung di pundak orang lain.

Hati yang menerima pengakuan orang lain tanpa menyelami kata-kata adalah hati yang tidak mampu mencapai gagang pintu. Sehingga yang menelan kabar tanpa mengandalkan pandangan luas tidak akan mampu membuka rahasia dunia.

Pengingkaran fakta lahir dari kebuntuan daya pikir dan hati yang terkunci. Mata tak sampai melihat, telinga tak cukup mendengar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun