Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Generasi Milenial Tidak Memiliki Minat Baca?

8 April 2017   02:43 Diperbarui: 8 April 2017   18:00 2524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: pics4learning.com

Mencoba menggali minat baca seseorang memang susah-susah sulit.

Pada jaman sebelum Indonesia merdeka dulu, masyarakat Indonesia harus berjuang hanya untuk bisa baca tulis. Pada saat kita merdeka dan pada jaman Soekarno, masyarakat semua berlomba dengan penuh semangat untuk belajar baca tulis. Dewasa ini, di jaman yang serba digital, telah terjadi penurunan minat baca pada masyarakat Indonesia, khususnya pada kaum muda dan anak.

Apakah minat baca masyarakat menurun? Tidak juga.

Dengan adanya internet dan media online kita dapat melihat bahwa masyarakat Indonesia masih gemar membaca. Di lingkungan sosial nyata juga masih ada yang terlihat membaca dengan cara konvensional; entah itu baca koran, majalah, buku-buku, majalah bahkan komik. Masyarakat masih suka membaca. Hanya saja media dan materi bacaan mereka yang sulit dinilai secara pasti. Masyarakat juga memiliki banyak alasan kuat kenapa mereka mulai meninggalkan buku untuk kegiatan membaca.

Mari kita coba dalami kondisinya.

1. Media bacaan

Jaman milenial jaman digital. Semenjak adanya inovasi internet, buku memiliki saingan berat dari dunia elektronik. Masyarakat banyak lebih suka menggunakan tombol-tombol di layar daripada membalikkan lembaran kertas dengan jari.

Internet juga telah menjadi jendela dunia dimana informasi yang ditawarkan lebih banyak dan banyak sekali diantaranya tidak berbayar alias gratis. Tidak hanya itu, seringkali informasi atau materi bacaan yang dibutuhkan lebih mudah dicari di internet ketimbang harus mencari buku yang sesuai.

2. Materi bacaan

Cakupan bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat sangat luas. Konten yang ditawarkan kepada masyarakat sepenuhnya menjadi tugas para penulis. Yang biasanya menjadi masalah adalah bahwa banyak penulis tidak memiliki karya orisinil atau yang mereka tuliskan sudah dituliskan penulis lain.

Seperti menulis lagu dalam industri musik. Satu menulis lagu cinta dan terkenal, semua menulis lagu cinta dengan jenis yang sama. Lain halnya jika para penulis berpolemik melalui karya tulis, masing-masing punya pemahaman sendiri dan disampaikan dengan gaya yang berbeda.  Sayangnya masih banyak penulis yang hanya ‘ikut-ikutan’ menulis sesuatu yang sudah pernah dituliskan. Mendekati plagiarisme.

Dunia baca juga dinodai kasus-kasus pembohongan publik dengan membubuhkan informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Hal ini dapat membuat masyarakat lebih mencari bacaan di internet karena dapat langsung diuji kebenaran isinya.

Masyarakat akan mencari konten yang membuat mereka tertarik saja. Itu hal yang wajar. Tapi terkadang masyarakat hanya ingin membaca apa yang mereka sukai, sementara mereka tidak tahu apa yang mereka butuhkan. Masyarakat masih banyak yang kesulitan menentukan mana bacaan yang bermanfaat dan mana yang tidak.

3. Faktor waktu

Tuntutan pola hidup masyarakat lebih berat sehingga menyebabkan masyarakat kesulitan menyediakan waktu untuk membaca. Bagi yang tetap berusaha membaca di tengah kesibukan, internet adalah pilihan yang paling efektif dan efisien.

Kondisi ini menyebabkan gadget atau laptop mengalahkan media baca konvensional. Terlalu repot membaca buku atau koran di tengah kesibukan dalam keseharian. Terkadang terlalu lelah untuk mengambil buku dari rak sehingga memilih membuka gadget yang tidak pernah jauh dari jangkauan tangan.

4. Faktor komersil

Seperti yang disampaikan sebelumnya, internet menawarkan banyak bahan bacaan yang gratis. Dengan kondisi ekonomi yang ketat, masyarakat akan berpikir sekian kali untuk menghabiskan uang mereka membeli buku.

**

Empat kondisi di atas menunjukkan bahwa sebenarnya minat baca masyarakat belum tentu berkurang. Yang perlu dibahas kemudian adalah perubahan pola membaca masyarakat.

Saat ini, membaca tidak harus dari buku. Membaca tidak harus di perpustakaan atau sekolah.

Dalam keseharian masyarakat yang jauh dari kota, mungkin mereka masih mengandalkan media baca konvensional. Tetapi ada faktor waktu untuk membaca karena sibuk bekerja dan yang lainnya. Ada juga faktor biaya untuk membeli buku yang tampaknya semakin mahal.

Bagaimana seseorang dapat mengukur tingkat minat baca masyarakat, apa tolak ukurnya sehingga dapat dikatakan minat baca masyarakat berkurang? Sejauh ini yang saya dapatkan, minat baca masyarakat masih diukur dari aktifitas mereka membaca buku.

Mengingat internet mampu menyediakan banyak informasi dan bahan bacaan lain seperti eBook, para penulis ‘dipaksa’ untuk menulis materi yang muatannya lebih berarti. Jika informasi yang ditawarkan dapat dengan mudah dicari di internet, kemungkinan masyarakat tidak akan tertarik membeli buku.

Hal tersebut menyebabkan buku hanya menjadi pilihan bagi mereka yang gemar baca buku. Mereka yang merasa harus memiliki buku.

Dengan kata lain, baca buku dan membaca menjadi dua hal yang berbeda. Tampaknya buku menjadi sesuatu untuk dikoleksi oleh para peminatnya. Sedangkan kegiatan/kegemaran membaca tidak ditentukan dari media baca.

Tujuan keduanya sama, membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun