Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menkeu Baru dan Mantra Growth: Saatnya Meluruskan Logika Ekonomi yang Terlalu Sederhana.

11 September 2025   08:38 Diperbarui: 11 September 2025   08:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

4. Perlu Penegasan Solusi Alternatif

Sadewa memang menyebut beberapa solusi, tapi kesannya masih sebatas analogi: "tingkatkan growth dulu, nanti semua akan beres". Pernyataan semacam ini terdengar lebih sebagai slogan ketimbang strategi.

Jika ingin solid, maka harus ada opsi konkrit yang bisa dipertanggungjawabkan:
*Reformasi struktural industri
Hilirisasi yang benar-benar berbasis nilai tambah, bukan sekadar ekspor nikel mentah yang diolah sedikit lalu dikirim keluar negeri.
*Perbaikan tata kelola pajak dan ekspor
Penerimaan pajak Indonesia masih rendah, sementara kebocoran ekspor--impor tinggi. Reformasi di bidang ini jauh lebih mendesak.
*Penguatan UMKM dan middle class
Segmen ini yang menyerap tenaga kerja terbesar. Tanpa penguatan mereka, pertumbuhan tidak akan terasa di bawah.
*Kebijakan fiskal yang lebih redistributif
Subsidi tepat sasaran, belanja sosial produktif, dan reformasi APBN yang lebih berpihak pada kelompok rentan.

Catatan penting: Pertumbuhan ekonomi harus disertai agenda struktural dan redistributif.

Kesimpulan: Meluruskan Optimisme Menkeu

Pernyataan Menkeu Pubaya Yudhi Sadewa memang lahir dari niat baik: ingin menumbuhkan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi bisa menjadi kunci pemulihan bangsa. Namun, optimisme tidak boleh jatuh pada simplifikasi.

Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks: kesenjangan sosial, ketergantungan impor, lemahnya basis industri, hingga guncangan global. Semua itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengejar angka pertumbuhan.

Yang lebih penting adalah kualitas pertumbuhan: apakah inklusif, berkelanjutan, dan berpihak pada manusia. Tanpa itu, "growth" hanya akan jadi angka di atas kertas, sementara rakyat tetap merasakan kesulitan yang sama.

Maka, meluruskan logika ini bukan sekadar kritik, tetapi juga panggilan agar Menkeu baru membawa kebijakan fiskal yang lebih cerdas, adil, dan berkelanjutan.

Referensi
*Friedman, M. (1968). The Role of Monetary Policy. The American Economic Review.
*Phelps, E. (1967). Phillips Curves, Expectations of Inflation and Optimal Unemployment over Time. Economica.
*World Bank. (2023). Indonesia Economic Prospects: Growth, Jobs, and Inclusion.
*UNDP. (2022). Human Development Report.
*IMF. (2024). World Economic Outlook.

Disclaimer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun