Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ironi Negeri Tambang: Tax Holiday 25 Tahun, Nikel Habis Sebelum Pajak Mengalir.

21 Agustus 2025   08:06 Diperbarui: 21 Agustus 2025   08:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, kebijakan yang sudah telanjur longgar selama satu dekade terakhir telah membuka celah besar bagi eksploitasi berlebihan. Reformasi pajak dan insentif saja tidak cukup. Dibutuhkan keberanian untuk menata ulang tata kelola tambang: memastikan daerah mendapat bagian adil, masyarakat dilibatkan, dan lingkungan dijaga.

Menimbang Ulang Arah Hilirisasi

Indonesia tidak salah ketika memilih hilirisasi. Tetapi hilirisasi bukan sekadar soal membangun smelter dan melarang ekspor ore. Hilirisasi sejati berarti membangun industri berbasis teknologi, menguasai rantai pasok, dan memastikan nilai tambah benar-benar dinikmati bangsa sendiri.

Kalau tidak, kita hanya menjadi "buruh" di negeri sendiri---memeras sumber daya, merusak lingkungan, lalu mengirimkan keuntungan ke luar negeri.

Kebijakan tax holiday 25 tahun untuk industri yang cadangannya hanya cukup 10 tahun adalah contoh nyata betapa kebijakan bisa kehilangan arah. Alih-alih memperkuat kedaulatan ekonomi, justru menyerahkan masa depan sumber daya ke tangan asing.

Penutup: Belajar dari Luka Nikel

Sejarah akan mencatat bagaimana nikel---yang seharusnya menjadi penopang ekonomi hijau dunia---justru meninggalkan luka di tanah kelahirannya. Sulawesi Tengah adalah saksi betapa indahnya janji investasi bisa berubah menjadi mimpi buruk ekologis.

Pernyataan Gubernur Anwar Hafid seharusnya menjadi alarm keras. Bahwa kita tidak bisa terus-menerus menggadaikan masa depan demi angka pertumbuhan semu. Bahwa keadilan fiskal antara pusat dan daerah harus diperbaiki. Bahwa setiap ton nikel yang keluar dari perut bumi adalah hutang kita pada generasi mendatang.

Mungkin sudah waktunya bertanya: apakah kita ingin dikenang sebagai bangsa yang menggadaikan kekayaan alam demi tax holiday, atau sebagai bangsa yang berani berkata cukup---lalu menata ulang agar sumber daya betul-betul untuk kemakmuran rakyat?

Referensi
*Kompas.com. (29 April 2025). Gubernur Curhat Sulteng Hancur karena Tambang, tapi Cuma Dapat Rp200 Miliar.
*Detik.com. (29 April 2025). Gubernur Sulteng Curhat di DPR: Wilayah Hancur Ditambang, DBH Hanya Rp200 M.
*Bisnis.com. (8 Mei 2023). Pemerintah Cabut Tax Holiday Smelter Nikel RKEF Baru.
*Metal.com. (April 2025). Indonesia Implements New Dynamic Royalty Rates for Nickel.
*Ikpi.or.id. (2023). Penerimaan Pajak Nikel Naik 10 Kali Lipat.
*Nikel.co.id. (2020, 2023). Kontribusi Nikel dalam Hilirisasi dan Pajak.
*DPR.go.id. (2022). Pertanyaan DPR atas Klaim Pemerintah soal Larangan Ekspor Nikel.

Disclaimer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun